Menkes Ungkap Penyebab Ribuan Warga Meninggal Saat Isolasi Mandiri: Terlambat Masuk RS

| 26 Jul 2021 16:37
Menkes Ungkap Penyebab Ribuan Warga Meninggal Saat Isolasi Mandiri: Terlambat Masuk RS
Menkes Budi Gunadi Sadikin (Dok. BPMI)

ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ribuan pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia saat isolasi mandiri lantaran terlambat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

"Bapak Presiden (Joko Widodo) memberi arahan banyak yang wafat, wafatnya tinggi. Saya sudah cek dengan banyak direktur RS, penyebabnya telat masuk," kata Budi dalam keterangan pers yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7/2021).

Budi mengatakan, telatnya pasien COVID-19 dibawa ke RS karena saturasi oksigennya kebanyakan sudah berada di bawah 94 persen. Oleh karena itu, Budi menyarankan agar para pasien COVID-19 yang awalanya isolasi mandiri (isoman) di rumah menggunakan oximeter alat untuk mengukur saturasi oksigen.

Budi menjelaskan, apabila saturasi oksigen sudah di bawah 94 persen walaupun pasien hanya batuk-batuk kecil, maka harus segera dibawa ke rumah sakit atau tempat isolasi terpusat untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Namun, jika saturasi oksigen di atas 94 persen, maka cukup melanjutkan isoman di rumah.

"Yang penting jangan tunggu sampai 80-70 karena merasa sehat. Kadang orang hanya merasa ah saya hanya batuk-batuk kecil, 'saya nggak mau ke RS, apalagi takut di tes saya nggak mau dites'," kata Budi.

Budi mengatakan, pada prinsipnya COVID-19 adalah penyakit yang bisa disembuhkan asalkan penangannya cepat dan perawatannya cepat. Dia menggatakan, dari 100 orang yang positif COVID-19 hanya sekitar 10 persen yang masuk rumah sakit dan yang meninggal hanya 1,7 persen.

Bahkan, angka kematian akibat COVID-19 tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan TBC dan HIV.

"Tapi harus dirawat dengan cepat dan tepat. Jadi kalau sudah positif, cepat dites. Habis dites cepat ukur saturasi, kalau saturasai di atas 94 stay at home. Tapi kalau di bawah harus dikirim ke RS atau isolasi terpusat," kata Budi.

"Yang banyak wafat adalah karena terlambat masuk ke RS. Penyakit ini kalau ditreat lebih dini sembuh insya allah," tegasnya.

Untuk diketahui, data dari Kementerian Kesehatan mencatat tambahan kasus kematian per 25 Juli 2021 sebanyak 1.266 kasus, dengan total keseluruhan sebanyak 83.279 kasus.

Rekomendasi