ERA.id - Indonesia melaporkan adanya varian baru COVID-19 lokal B.1.466.2 kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kementerian Kesehatan menyebut sudah ada sekitar 920 kasus dari varian tersebut yang tersebar ke sejumlah provinsi di Indonesia.
Meski begitu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (P2PML Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, bahwa varian COVID-19 B.1.466.2 tersebut tidak lebih cepat seperti varian Delta. Selain itu, tidak ada gejala-gejala tertentu kepada orang yang terpapar varian COVID-19 B.1.466.2.
"Tidak ada ya (gejala-gejala khusus maupun lebih cepat menular), hanya mutasinya ditemukan dalam jumlah banyak," kata Nadia saat dihubungi ERA.id, Kamis (29/7/2021).
Karena tidak adanya gejala-gejala khusus maupun menularkan COVID-19 lebih masif, Nadia menjelaskan, varian COVID-19 B.1.466.2 ini oleh WHO kemudian mengklasifikasikan varian ini dalam kelompok Alerts for Further Monitoring.
"Makanya (varian B.1.466 2) di alert for further monitoring," kata Nadia.
Diberitakan sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah memantau varian COVID-19 B.1.466.2 asal Indonesia. Pemerintah Indonesia juga sudah melaporkan munculnya varian COVID-19 lokal itu ke WHO dan sudah masuk dalam Alerts for Future Monitoring WHO.
Hal ini diketahui dari materi paparan Juru Bicara Vaksin COVID-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube FMB9ID_IKP pada Rabu (28/7/2021).
"Indonesia melaporkan varian lokal B.1.466.2 yang saat ini masuk dalam alert WHO untuk pemantauan lebih lanjut," tulis Nadia dalam paparannya, Rabu (28/7).
Dikutip dalam laman resmi WHO, sampel pertama pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) varian B1466.2 dilaporkan oleh Indonesia pada bulan November 2020. WHO kemudian mengklasifikasikan varian ini dalam kelompok Alerts for Further Monitoring pada 28 April 2021.