ERA.id - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menginginkan pemerintah dapat betul-betul mengevaluasi kembali program food estate atau lumbung pangan yang dinilai telah mendapatkan alokasi dana negara yang cukup besar.
"Food estate inikan menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024. Evaluasi berkala mesti dilakukan per triwulan apakah target dan tujuannya membuahkan hasil. Jangan sampai negara ini rugi dua atau tiga kali, seperti dana keluar besar akibat food estate, tapi importasi jalan terus," kata Andi Akmal Pasluddin dalam rilis di Jakarta dikutip dari Antara, Kamis (26/8/2021).
Ia menyoroti importasi beberapa komoditas pangan sejak tahun 2020 masih terus saja berlangsung seperti di tanaman pangan, hortikultura, hingga peternakan seperti daging sapi.
Selain itu, ujar dia, saat ini masih terjadi terganggunya rantai pasokan pangan domestik dan proses produksi pangan akibat anjuran pembatasan sosial ditambah banyaknya pemutusan kerja pada masa pandemi COVID-19.
"Jadi perlu ada evaluasi, antara anggaran yang dikeluarkan negara dengan hasil yang berdampak kepada masyarakat pada urusan pemenuhan kebutuhan pangan," ucapnya.
Akmal menegaskan Indonesia perlu solusi pangan yang berkesinambungan, di mana tersedia produk pangan yang murah untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, sekaligus memiliki kualitas gizi yang baik.
Pemenuhan kebutuhan dalam negeri, lanjutnya, selain dapat memenuhi kebutuhan pangan yang baik, juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Sebelumnya Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan program food estate yang dicanangkan pemerintah dapat menjadi solusi untuk pemenuhan pangan domestik ke depan.
"Terlebih lagi, tren kebijakan ekonomi pascapandemi kemungkinan sebagian besar negara akan konsentrasi bagaimana mendorong kemandirian ekonomi masing-masing, khususnya terkait kebutuhan pangan dan kesehatan," ujar Eko Listiyanto ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (30/7).
Dia menjelaskan bahwa sektor pertanian, termasuk food estate, terbukti dapat bertahan meski di tengah pandemi COVID-19, sehingga akan menjadi dorongan besar bagi masyarakat untuk melirik dan mengembangkan sektor ini hingga ke produk hilir atau tahap industrialisasi. Menurut dia, impor pangan tak perlu dilakukan karena di masa pandemi ini stok pangan masih surplus.
Untuk itu, Eko menilai lebih baik menguatkan produksi agar semakin mandiri dan menjaga antusiasme sebagian masyarakat untuk mengembangkan pertanian, tak pupus di tengah jalan akibat solusi instan impor pangan.