Mengenang Aksi Calon Ketum PBNU Yahya Staquf saat Mesra dengan Israel

| 13 Oct 2021 16:49
Mengenang Aksi Calon Ketum PBNU Yahya Staquf saat Mesra dengan Israel
Yahya Staquf (Twitter NU)

ERA.id - Jelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) 2021, dua tokoh santer diisukan akan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Pertama adalah Said Aqil Siradj, kedua yakni Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya. Kedua sosok ini punya kesamaan, yakni pernah bikin gempar media sosial.

Seperti Said Aqil, tahun lalu, ia sempat bikin heboh karena menerima amplop tebal berwarna cokelat dari tamu yang menyambanginya. Isi amplop tersebut diketahui segepok uang.

Belakangan ia mengaku kalau terpaksa menerima amplop tersebut sebab sang tamu memaksa. Amplop itu juga ujungnya diberikan untuk pembangunan pesantren milik Said.

Sementara Gus Yahya, pernah bikin meradang banyak pihak, usai menunjukkan kemesraan dengan Perdana Menteri Israel, Nenjamin Netanyahu.

Saat itu, isu kekerasan Palestina-Israel sangat sensitif di Indonesia. Belakangan, kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil itu menyambut tuduhan di atas dengan jernih.

Menurut Yahya, menjelaskan jika pertemuannya tersebut di luar rencananya. "Saya sendiri tidak ajukan permintaan bertemu, tapi saya menerima. Sama seperti saat saya bertemu wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, saya tidak tahu siapa yang proses, tiba-tiba kami bertemu," kata Yahya dikutip dari CNNIndonesia TV, Sabtu (23/6/2018) silam.

Soal kemsraan, Yahya bilang hanya ingin menunjukkan sopan santun kepada semua pihak. "Soal kemesraan sama lah. Kita juga tahu kan kalau pak Jokowi ketemu Prabowo mesra juga kelihatannya. Ini kan soal sopan santun pergaulan," kata Yahya.

Tak lupa, saat itu Yahya juga menceritakan kecaman rakyat Indonesia terhadap kekerasan brutal Israel kepada rakyat Palestina.

"Tentu dari pihak PM Israel melontarkan pembelaan ini itu, tapi menurut saya sih ini yang akan jadi diskusi yang tidak ada ujungnya," tutur Yahya.

Untuk diketahui, saat itu Yahya mengunjungi Israel selama empat hari mulai dari 10 sampai 14 Juni. Tujuannya bukan untuk bertemu Netanyahu, tapi menghadiri undangan sebagai pembicara dalam forum global yang digelar oleh American Jewish Committee (AJC).

Rekomendasi