ERA.id - Ekonom Faisal Basri menyebut Presiden Joko Widodo konsisten menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional selama tujuh tahun pemerintahannya. Menurutnya, sejak awal memimpin, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar lima persen saja.
Hal itu dia sampaikan dalam rangka evaluasi tujuh tahun kinerja Presiden Jokowi.
"Dalam lima tahun pertama hanya lima persen dan tidak beranjak dari lima persen. Jadi, pertumbuhan ekonomi di Indonesia itu delapan persen, turun tujuh persen. Era Pak SBY (Susilo Bambang Yuhdoyono) enam persen, era pak Jokowi lima persen," kata Faisal seperti dikutip dari kanal YouTube FNN TV pada Kamis (21/10/2021).
Berkaca dari hasil itu, Faisal mengatakan bahwa Jokowi gagal memenuhi janji-janji kampanyenya yang akan meningkatkan ekonomi Indonesia menjadi 7 persen.
Bahkan, dia memprediksi hingga akhir masa jabatan Jokowi di periode keduanya ini, pertumbuhan ekonomi nasional konsisten menurun menjadi 4,5 persen.
"Jadi gagal untuk mengangkat sesuai janji kampanyenya. Kemudian lima tahun kedua, saya perkirakan cuma 4,5 persen. Jadi turun terus, konsisten turunnya," kata Faisal.
"Jadi, Pak Jokowi pendek kata itu tidak mampu mewujudkan janjinya tujuh persen rata-rata setahun," tegasnya.
Lebih lanjut, Faisal juga menyoroti terbitnya Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Menurutnya, investasi yang selama ini dijadikan 'kambing hitam' atas turunnya pertumbuhan ekonomi nasional sama sekali salah.
Sebab, jumlah investasi di Indonesia sangat besar, bahkan tertinggi di kawasan Asean. Sehingga, menurut Faisal, yang membuat Presiden Jokowi gagal meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional karena salah diagnosa.
"Nggak betul kalau Pak Jokowi bilang invetasi kita jeblok, oleh karena itu harus mengeluarkan UU sapu jagat Cipta Kerja. Ndak bener, salah diagnosis," kata Faisal.
"Dari awal Pak Jokowi ini saah diagnosis, memberhalakan investasi," pungkasnya.