ERA.id - Anggota Komisi I DPR RI Sukamta berharap pembelian puluhan pesawat tempur dari Prancis oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dapat diikuti dengan penguatan industri di bidang pertahanan dalam negeri. Pembelian tersebut merupakan bagian rencana penguatan alutsista dalam rangka pemenuhan Minimum Essential Force (MEF).
"Pembelian 42 pesawat tempur dan alutsista lainnya itu merupakan bagian dari rencana penguatan alutsista kita dalam rangka pemenuhan target MEF. Kita berharap pembelian ini diikuti dengan penguatan industri pertahanan dalam negeri," kata Sukamta kepada wartawan, Senin (14/2/2022).
Sukamta berharap, Kemenhan tak hanya sekadar membeli pesawat tempur, tetapi juga disertai dengan transfer teknologi. Selain itu, dia meminta Kemenhan merencanakan dengan baik proses transfer teknologi dari pembelian pesawat tempur tersebut.
Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan yang mewajibkan setiap pembelian alutsista dari luar negeri harus diikuti dengan transfer teknologi.
"Mengingat pembelian ini jumlahnya banyak, kami berharap transfer teknologi ini direncanakan dengan baik, rinci, dan matang tidak asal-asalan. Apalagi biaya yang mencapai Rp68 triliun bukanlah jumlah yang sedikit," kata Sukamta.
Menurut legislator Fraksi PKS ini, seharusnya ada sebagian pesawat tempur asal Prancis itu bisa diproduksi di Indonesia. Indonesia memiliki PT Dirgantara Indonesia yang sudah dilibatkan dalam kerjasama dalam pembuatan KIX/ KFX. Bila ada sebagian batch pesanan dibuat di PT DI, akan menjadi lompatan luar biasa dalam akuisisi teknologi pesawat tempur.
"Semoga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memasukkan strategi tersebut dalam kerjasama jual-beli pesawat dan lainnya tersebut. Banyak negara lain yang bisa memberikan skema itu, sehingga dipilihnya pembelian pesawat dari Perancis ini menjadi langkah penting dan strategis bagi kepentingan pertahanan negara secara lebih luas," kata Sukamta.
Lebih lanjut, Sukamta juga menyinggung soal telah disetujuinya penjualan 36 unit pesawat tempur F-15 kepada Indonesia dari Amerika Serikat. Harga penjualan tersebut mencapai USD 14 miliar atau sekitar Rp200 triliun, namun hal ini masih dalam tahap negosisasi.
"Karena itu, penting sekali lagi kami tekankan pemerintah harus serius dalam keberpihakannya memajukan industri pertahanan dalam negeri. Anggaran sebesar itu bisa untuk menstimulus industri pertahanan kita, jangan beli-beli terus orientasinya, itu sama saja menumbuhkan ekonomi bangsa lain," kata Sukamta.
"Belanja alutsista dengan anggaran cukup besar begini harus matang juga jangan sampai muncul security dilema yang memicu arm race (perlombaan senjata) negara lain, karena dapat dipastikan pengadaan alutsista dalam jumlah besar akan menimbulkan detterent effect bagi negara-negara lain," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto memastikan Indonesia membeli 42 pesawat tempur Rafale buatan Perancis.
Hal ini disampaikan Prabowo Subianto usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly di Kementerian Pertahanan, Jakarta pada Kamis (10/2/2022).
"Indonesia merencanakan pembelian alutsista yang cukup signifikan untuk multirole combat aircraft, kita rencananya akan mengakuisisi 42 pesawat Rafale," jelas Prabowo di kantornya pada Kamis (10/2/2022).
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengaku telah menandatangani kontrak pembelian enam unit pesawat Rafale, sementara sisanya akan menyusul dalam waktu dekat. Selain itu, Prancis juga dikabarkan akan memberikan dukungan latihan persenjataan dan simulator yang dibutuhkan.