ERA.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan, perang Rusia - Ukraina berimbas pada kenaikan harga komoditas di Indonesia.
“Efek perdagangan tidak terlalu besar karena perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina sekitar 2,3 miliar (dolar). Yang tinggi dampaknya bagi Indonesia adalah naiknya harga-harga komoditas,” katanya, Kamis (17/3).
Hal ini diampaikan Airlangga di seminar bertajuk "Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia" yang diselenggarakan di Balai Senat UGM Yogyakarta.
Ia memaparkan kenaikan harga komoditas seperti minyak nabati dan gandum terjadi karena bahannya merupakan produksi dari Ukraina.
Sekadar contoh, Ukraina menjadi pemasok 40 persen kebutuhan dunia. Indonesia pun selama ini juga bergantung pada impor gandum dari Ukraina. Pengaruh signifikan perang itu juga terlihat pada kenaikan harga minyak, batubara, hingga kedelai.
“Inilah yang akan mendorong terjadinya inflasi karena harga internasional dan harga domestik yang sangat berbeda,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Airlangga memaparkan tiga agenda utama Presidensi G20 yang telah ditetapkan pemerintah. Agenda tersebut meliputi reformasi arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.
“Kesempatan ini menjadi penting karena kepemimpinan G20 diputar setiap 20 tahun. Ini momentum bagi Indonesia untuk berada dalam panggung utama,” ucap Ketua Umum Partai Golkar itu.
Kepemimpinan Indonesia di G20, imbuhnya, menjadi sangat penting terutama saat dunia mengalami pandemi Covid-19 yang akan berubah menjadi endemi.
Sejumlah negara telah menyiapkan transisi tersebut di bulan Mei dan melakukan relaksasi. Adapun Indonesia masih mengambil langkah waspada karena memiliki jumlah penduduk yang lebih besar.
Menurutnya, kunci pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi mencakup aspek lapangan kerja, produktivitas, dan ekonomi berkelanjutan.
Pada aspek lapangan kerja, Indonesia perlu memaksimalkan terbukanya sumber lapangan kerja dalam sektor-sektor potensial. Di samping itu, penting juga mendorong produktivitas untuk menciptakan nilai tambah pada sektor yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Tentu menjadi penting bagi UGM untuk mendorong civitas akademianya untuk menopang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi,” kata Airlangga.
Selain itu, Indonesia perlu menciptakan ekosistem untuk bumi yang lebih layak huni, mendorong lapangan kerja yang berkelanjutan, serta transisi energi yang adil dan terjangkau.
Menurutnya, peran perguruan tinggi sangat penting baik dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi di Indonesia maupun dalam upaya memaksimalkan kepemimpinan Indonesia di G20.
Karena itu, ia memberi apresiasi terhadap penyelenggaraan seminar UGM ini yang membuka kesempatan bagi para peneliti UGM untuk memberi masukan terhadap agenda strategis yang telah ditetapkan.
“Kami berharap seluruh center of excellence yang ada di UGM mendukung materi yang akan dipersiapkan di dalam G20 nanti,” ucap lulusan UGM itu.