NU-Muhammadiyah Berbeda soal Awal Ramadan, Warga Berdebat, Legislator: Jangan Mencaci!

| 02 Apr 2022 18:06
NU-Muhammadiyah Berbeda soal Awal Ramadan, Warga Berdebat, Legislator: Jangan Mencaci!
Ilustrasi buka puasa bersama (Antara)

ERA.id - Anggota DPR RI Syaifullah Tamliha gerah dengan masyarakat yang senang memperdebatkan perbedaan dalam penentuan awal puasa atau 1 Ramadhan 1443 Hijriah/2022 Masehi.

“Selamat menjalankan ibadah puasa, baik yang memulainya hari ini maupun besok. Biarlah perbedaan itu menjadi rahmat dari Allah SWT dan tidak perlu diperdebatkan dan diperlebar untuk saling mencaci maki antara satu aliran dengan aliran yang lain,” kata Syaifullah, Sabtu (2/4/2022).

Menurutnya, perbedaan penentuan awal puasa Ramadan tidak perlu diperdebatkan, karena bangsa Indonesia pada dasarnya telah terbiasa berbeda-beda, baik dari segi suku, agama, ras, bahkan bahasa dan budaya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu (2/4) berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Sedangkan, Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI menetapkan awal puasa pada Minggu (3/4).

“Secara mufakat, diputuskan bahwa 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Ahad (Minggu) 3 April 2022,” kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Jumat (1/2) kemarin.

Yaqut melaporkan, berdasarkan hasil pemantauan hilal di 101 titik pada 34 provinsi, pihaknya tidak melihat hilai sesuai prasyarat yang ditetapkan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yakni ketinggian hilal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.

Keputusan dari Kemenag RI itu serupa pula dengan keputusan yang diterbitkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). PBNU memutuskan 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Minggu (3/4).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi pun mengimbau umat Islam untuk menjadikan perbedaan penetapan awal puasa Ramadhan sebagai rahmat dan tidak mengurangi sedikit pun arti kebersamaan.

Rekomendasi