ERA.id - Fenomena El Nino membuat sebagian wilayah di Indonesia mengalami kekeringan panjang tahun ini. Cuaca panas juga membuat aktivitas sehari-hari jadi terasa lebih berat. Kapan El Nino berakhir?
Pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa, El Nino kemungkinan akan berakhir pada Februari atau Maret 2024. Sebagai pengingat, fenomena ini telah terjadi sejak Juli 2023.
Pengamatan terhadap El Nino
Berdasarkan model prediksi ENSO BMKG, El Nino berada pada level tertinggi pada September 2023. Setelah itu, grafik cenderung stagnan hingga Oktober dengan angka di atas +1,5. Masuk November, El Nino diprediksi mulai mengalami penurunan +1,5. Satu bulan kemudian, El Nino menurun lagi menjadi sekitar +1,25.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memprediksi El Nino berakhir tahun 2024. Hal tersebut berdasarkan data satelit terkait suhu muka air laut.
"Kami prediksi itu akan dimulai sejak bulan Juli tahun ini dan berakhir tahun depan, yaitu di bulan sekitar Februari—Maret," terang Dwikorita melalui konferensi pers beberapa waktu lalu.
Sementara, menurut Aaron Levine, ilmuwan atmosfer di University of Washington, data rekam jejak El Nino menunjukkan bahwa fenomena ini akan turun dengan sangat cepat selama masa musim semi di belahan Bumi utara.
"Hampir semuanya berakhir pada bulan April atau Mei," terang Levine.
"Salah satu alasannya adalah El Nino menabur benih kehancurannya sendiri. Ketika El Nino terjadi, air hangat tersebut habis dan volume air hangat menyusut. Akhirnya, bahan bakarnya terkikis," lanjutnya.
Dia mengatakan, permukaan Bumi mungkin masih akan tetap hangat selama beberapa waktu. Namun, El Nino akan henti setelah panas dari bawah permukaan hilang dan angin pasat kembali datang.
Pengamatan menunjukkan bahwa pada akhir El Nino yang lalu anomali permukaan laut turun sangat cepat. Kondisi ini biasanya diikuti atau berganti menjadi La Nina, yaitu fenomena iklim yang berkebalikan dengan El Nino, sehingga hawa akan lebih dingin.
"Kita akan melihat apakah atmosfer akan kembali normal pada musim dingin (musim dingin di AS Desember 2023—Maret 2024), ketika El Nino mencapai puncaknya," tandas Levine.
El Nino Akan Menguat?
Levine juga menyampaikan kemungkinan perkembangan El Nino menjadi lebih kuat. Dia mengatakan, El Nino menjadi kuat—dalam definisi paling dasar—terjadi saat suhu rata-rata permukaan laut Pasifik khatulistiwa 1,5 derajat celsius lebih hangat (atau lebih) dari biasanya.
Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan kotak imajiner di sepanjang khatulistiwa, sekitar selatan Hawaii, yang dikenal sebagai Indeks Nino 3.4.
"Namun El Nino merupakan fenomena laut-atmosfer yang terjadi bersamaan, dan atmosfer juga memainkan peranan penting," terang Levine, dilansir The Conversation.
Tahun ini El Nino menunjukkan hal yang mengejutkan, yaitu atmosfer tidak memunjukkan respons dalam jumlah seperti prediksi berdasarkan kenaikan suhu permukaan laut.
Atmosfer menyalurkan dampak El Nino. Hangatnya air laut menyebabkan udara di atasnya memanas dan naik sehingga terjadinya hujan. Udara tersebut akan tenggelam lagi di atas perairan yang lebih dingin.
Naik turunnya atmosfer menghadirkan putaran raksasa di atmosfer bernama Sirkulasi Walker. Saat kolam hangat bergeser ke timur, ini juga menggeser gerakan naik dan turun.
"Reaksi atmosfer terhadap perubahan ini seperti riak di kolam saat Anda melempar batu ke dalamnya. Riak ini memengaruhi gelombang kencang atmosfer (jet stream), yang mengubah pola cuaca," terang Levine.
Itulah penjelasan terkait kapan El Nino berakhir. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, ikuti terus berita terbaru Era.id.