Studi Menunjukkan Warga Jakarta Belum Siap New Normal

| 05 Jul 2020 17:20
Studi Menunjukkan Warga Jakarta Belum Siap New Normal
Ilustrasi (Asiaone)
Jakarta, era.id - Warga Jakarta belum siap menghadapi New Normal, atau tatanan kehidupan baru. Hal ini ditemukan dalam sebuah studi kolaborasi antara koalisi LaporCovid-19.org dengan Social Resilience Lab dari Nanyang Technological University yang dirilis hari ini.

Berangkat dari penetapan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pada fase tatanan kehidupan baru, atau New Normal, ditemukan bahwa penerapan aturan baru tidak lantas berarti pandemi virus korona berangsur-angsur mereda.

Per Senin, (28/7/2020), jumlah pengguna Transjakarta mencapai 200.000 orang, sementara rute yang berjalan hanya berjumlah 29 saja. Sementara itu, seperti ditulis dalam laporan LaporCovid-19.org, meski angka temuan kasus positif COVID-19 berdasarkan tes molekuler cenderung menurun, "rerata angka positif di DKI Jakarta beberapa kali meningkat." Bahkan, angka tersebut sempat melonjak ke 7,1 persen pada tanggal 26 Juni 2020.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa syarat minimal dalam pelonggaran pembatasan sosial adalah ketika temuan kasus positif per pengambilan sampel (positivity rate) di bawah 5%. Ini artinya, ketika saat ini New Normal diberlakukan, warga DKI Jakarta sedang berada dalam ancaman infeksi virus korona yang relatif masih tinggi.

Hal itulah yang mendorong tim riset LaporCovid19.org untuk meneliti sejauh apa warga DKI Jakarta menyadari ancaman yang ada di sekitar mereka. Dalam kesimpulannya, tim yang terdiri dari para periset, akademisi, dan aktivis ini mengatakan bahwa tingkat kesadaran warga Jakarta terhadap resiko virus korona, atau Risk Perception Index (RPI), masih belum siap untuk dihadapkan pada situasi New Normal.

Peta sebaran RPI berdasarkan kelurahan di Jakarta (LaporCovid19.org)

Dari skala maksimal 5.0, RPI warga DKI Jakarta masih berada pada skala 3.30. Angka ini bahkan turun dari studi yang dilakukan pada akhir Mei 2020, yaitu ketika angka persepsi resiko warga Jakarta masih 3.46.

Hal ini memberi perspektif terhadap keputusan pemerintah untuk memulai masa PSBB transisi atau New Normal. Pusat-pusat keramaian bisa menjadi simpul-simpul infeksi bila tidak diregulasi dengan baik.

Berdasarkan Program Active Case Finding dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, terdapat transmisi virus corona di pasar-pasar tradisional. Setidaknya telah ditemukan 345 pedagang positif terjangkit virus korona. Menurut data, terdapat 303 pasar tradisional di seluruh DKI Jakarta, dan Pemprov setempat baru melakukan pengetesan di 128 pasar.

Studi kolaborasi LaporCovid-19 dan NTU dilakukan dengan mengambil sampel pendapat warga di kelurahan-kelurahan berbeda di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan antara tanggal 29 Mei 2020 hingga 20 Juni 2020.

Rekomendasi