Setahun Corona, Indonesia Tahu Pejabatnya Doyan 'Guyonan'

| 02 Mar 2021 20:53
Setahun Corona, Indonesia Tahu Pejabatnya Doyan 'Guyonan'
Ilustrasi penyuntikan vaksin ke lengan seseorang. (Foto: Pixabay)

ERA.id - Bila perlu dicari benang merahnya, sosok pemimpin di Indonesia umumnya punya sifat yang 'menggejala', yaitu suka humor. Lihat saja lagak Soekarno berpose menutup telinga dengan kedua telunjuk di depan pemain musik 'ngak-ngek-ngok', atau Soeharto yang bercanda kepada siswa-siswi sekolah agar supaya mereka berdiri sambil tertawa.

Abdurrachman Wahid, alias Gus Dur, tentu bisa jadi sosok teladan pemimpin publik yang doyan humor. 'Guyonan' dia soal 3 polisi paling jujur di Indonesia adalah sebuah legenda.

Memposisikan diri dalam jajaran para pemimpin doyan humor tentu saja memberi beban psikis tersendiri, tak terkecuali dalam pemerintahan Republik Indonesia saat ini. Dan pada tahun 2020, pressure makin tinggi: para pemimpin ditantang untuk bisa berhumor di tengah munculnya infeksi COVID-19, pertama di Wuhan, China, lalu merembet ke negara-negara tetangga di Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Australia.

Setahun berlalu, dan pada Selasa, (2/3/2021), Indonesia persis menjalani satu tahun setelah ditemukannya infeksi COVID-19 pertama di wilayah Tanah Air yang menimbulkan kegamangan, krisis ekonomi, hingga isu lainnya.

Lalu, seperti apa 'guyonan-guyonan' ala pemimpin publik Indonesia selama tahun ini?

Corona? Mobil Corona?

Coronavirus Disease (COVID-19) disebut-sebut ditemukan pertama kali di Wuhan, China, pada pertengahan November 2019. Setelah itu wabah berkembang cepat di berbagai negara dalam hitungan pekan.

Indonesia hingga akhir Februari belum melaporkan adanya kasus COVID-19 di Tanah Air. Namun, akses Indonesia dari dan ke China pada 2 Februari 2020 resmi ditutup. Permasalahannya, banyak yang sangsi bila Indonesia masih nihil terhadap kasus infeksi corona.

Kekhawatiran publik rupanya sedikit mengusik seorang pejabat. Ditanyai wartawan terkait dampak virus corona, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, (10/2/2020), dengan enggan menyahut bahwa corona sudah pergi dari Indonesia.

"Corona? Corona kan sudah pergi," kata Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, dikutip Detik.com.

Luhut Binsar Pandjaitan
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Kemenko Marves)

Sempat ditanya soal adanya pasien suspek corona di Batam, Luhut menjawab dengan candaan berikut ini.

"(Corona masuk Batam?) Hah? Mobil Corona?" kata Luhut sambil tersenyum, sambil memaksudkan mobil rakitan lokal yang moncer di tahun 1970an.

Nasi Kucing

Masih di pertengahan Februari 2020, giliran Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang melontarkan guyonan pamungkas bertema pandemi COVID-19.

"Tapi (ini) guyonan sama Pak Presiden ya, Insya Allah ya, COVID-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing. Jadi kebal," kata Budi Karya di Yogyakarta, (17/2/2021), dikutip ERA.id.

Pernyataan Budi Karya tentu saja murni guyonan karena tidak berdasarkan fakta, atau malah cuma 'urban legend' di warung-warung angkringan. Tapi, empat hari sebelumnya, sebenarnya seorang peneliti dari Harvard TH Chan School of Public Health telah menyampaikan kecurigaan bahwa Indonesia tidak kebal terhadap virus corona dan bahkan seharusnya virus ini sudah masuk ke Tanah Air saat itu.

Khasiat Doa Kunut Kiai

Satu hari setelah Presiden Jokowi mengumumkan anggaran Rp72 miliar untuk promo wisata dan buzzer medsos untuk menangkal ketakutan terhadap COVID-19, giliran Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang menjajal daya humornya pada 26 Februari 2020

Dalam sebuah acara di Novotel Bangka, Ma'ruf membuat pernyataan seperti ini, dikutip dari Liputan6.com: "Banyak kiai dan ulama yang selalu membaca doa kunut (qunut). Saya juga begitu baca doa kunut untuk menjauhkan bala, bahaya, wabah-wabah dan penyakit. Makanya corona minggir dari Indonesia."

Ma
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin. (Foto: ERA.id)Caption

Tentu saja, sebagai kyai, Ma'ruf Amin serius soal doa kunut. Namun, sayangnya pada 2 Maret 2020, alias sepekan setelah pernyataan ini, Presiden Jokowi mengumumkan ditemukannya dua pasien infeksi COVID-19 pertama di Tanah Air. Keduanya adalah sama-sama WNI dan kemudian disebut sebagai Pasien 01 dan pasien 02.

Tak diketahui apakah munculnya COVID-19 membuat Ma'ruf Amin mempertanyakan kemanjuran doa para kiai dan ulama. Tapi, kita semua tahu, ia sekadar bercanda.

Mudik Bukan Pulang Kampung

Sejak ditemukannya infeksi COVID-19 di Tanah Air pada awal Maret, situasi menjadi lebih tegang, meski pemerintah pusat masih terus berusaha menjaga 'suasana santai' di dalam negeri.

Di bulan-bulan Maret hingga April keputusan Presiden Joko Widodo cukup beragam. Salah satu yang paling menarik adalah pernyataan Jokowi bahwa 'mudik' berbeda dengan 'pulang kampung'.

Awal April, pemerintah menghimbau agar warga tidak perlu mudik selama libur Lebaran. Pembawa acara Najwa Shihab pun membawa isu ini di acaranya pada Rabu, (22/4), dan ia tanyakan langsung pada Jokowi.

Najwa bertanya sebenarnya mudik dilarang atau tidak, karena banyak warga yang sudah meninggalkan kota-kota besar. Di sini, Jokowi menunjukkan sensitivitas bahasa yang ia miliki terkait makna mudik dan pulang kampung.

"Kalau itu bukan mudik. Itu namanya pulang kampung. Bekerja (memang) di Jabodetabek, (tapi) di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung," ujar Jokowi, dikutip dari ERA.id.

Menurut Jokowi, mudik berbeda.

"Ya, kalau mudik itu di hari Lebaran-nya, beda, untuk merayakan Idul Fitri," kata Jokowi, mengindikasikan bahwa usai mudik, warga akan kembali ke Ibukota atau kota besar untuk kembali bekerja.

Humor Pemimpin Era Pandemi

Hari ini, telah 365 hari dilalui penduduk Indonesia dalam suasana pandemi COVID-19. Banyak yang sudah berhenti nyeletuk soal 'nasi kucing', atau bahwa 'COVID-19 kalah oleh iklim tropis'.

Namun, suasana penuh guyonan selama satu tahun terakhir ternyata tak membuat suasana lebih baik. Dari 2 pasien awal COVID-19, per 2 Maret 2021 jumlah infeksi korona secara nasional telah mencapai 1.347.026 orang. Dari angka tersebut 2,7 persen pasien meninggal dunia, alias 36.518 nyawa melayang.

Kurva angka infeksi COVID-19 tak segera melandai. Efek pandemi telah ikut menyeret ekonomi di Indonesia, dengan Badan Pusat Statistik pada November 2020 mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan 2020 kontraksi sebesar 3,49 persen dibanding tahun sebelumnya. Artinya, ekonomi Indonesia masuk ke zona resesi.

Masuknya suplai vaksin COVID-19 ke Indonesia sejak awal Januari 2021 menyuntikkan semangat optimisme ke pemerintah. Contohnya seperti, Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo, yang berharap Indonesia bisa merdeka dari corona pada 17 Agustus nanti.

"Target kita adalah pada 17 Agustus yang akan datang kita harus betul-betul terbebas dari COVID-19. Artinya COVID-19 betul-betul pada posisi yang dapat dikendalikan," kata dia, dilihat dari kanal Youtube Pusdalops BNPB, (15/2/2021).

Tak kentara apakah Doni memaksudkan pernyataan itu secara serius atau sekadar guyonan. Namun, epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengatakan bahwa target Doni, seperti dikutip Kompas.com,  "tidak realistis".

"Kalau yang dikerjakan kebijakan dan strateginya masih seperti sekarang, tidak realistis," kata Windhu. "Tetapi kalau kita mau mengubah strategi, bisa."

Rekomendasi