Sejarah 27 April 1791: Mengenang Morse, Seniman yang Menciptakan Mesin Telegraf

| 27 Apr 2022 19:27
Sejarah 27 April 1791: Mengenang Morse, Seniman yang Menciptakan Mesin Telegraf
Samuel Finley Breese Morse (Britannica.com)

ERA.id - Di tengah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi supercanggih pada era digital saat ini, mengenang Samuel Finley Breese Morse atau lebih dikenal dengan Samuel Morse tetap relevan. Ia lahir hari ini, 27 April 1791. 

Jauh sebelum internet dan telepon ada, mesin telegraf ciptaan Morse merupakan pionir teknologi telekomunikasi pada abad ke-19 yang membuat seseorang dapat berkirim pesan kepada sesamanya dalam waktu singkat dari jarak jauh.

Pelukis dengan Aliran Romantisisme ala Inggris

Seperti dilansir dari Time.com, penulis biografi Carleton Mabee menggambarkan Morse sebagai “Leonardo Da Vinci”-nya Amerika Serikat. Hal ini karena sebelum penemuan besarnya, Morse lebih dulu berkarier sebagai seniman visual yang banyak melukis potret orang-orang terkenal pada masanya. Sebut saja, James Monroe dan Marquis de Lafayette.

Lahir dari seorang ahli geografi terkemuka dan pendeta, Jedidiah Morse, Morse mendapatkan pendidikan yang baik. Setelah menyelesaikan studi di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sang ayah mengirimnya ke Yale College (sekarang Universitas Yale) di Connecticut. Meski telah menunjukkan minat pada seni lukis sejak muda, Morse dikirim ke Yale untuk mempelajari kimia dan filsafat. 

Morse digambarkan sebagai mahasiswa yang acuh tak acuh, tetapi ceramah mengenai kelistrikan yang kurang dipahami saat itu justru menyita perhatiannya sejak awal. Ia semakin menunjukkan minat pada bidang kelistrikan saat berpartisipasi dalam sebuah kelas eksperimen bersama teman-temannya di kelas, di mana mereka bergandengan tangan dan merasakan kejutan listrik berpindah dari satu ke yang lainnya.  

Setelah lulus dari Yale pada 1810, Morse bekerja di sebuah penerbitan buku di Kota Boston. Namun, ia tidak pernah kehilangan minat pada aktivitas melukis. Setahun kemudian, pada 1811, orang tuanya merespons kecintaan melukisnya dengan mengirim Morse ke Inggris untuk mempelajari seni visual kepada pelukis Amerika, Washington Allston.

Menurut Britannica.com, berbagai lukisan hasil karyanya mendapat pengaruh kuat gaya Romantisisme ala Inggris. Saat kembali ke Amerika pada 1815, ia mendapat pengakuan sebagai pelukis potret di Amerika. Kemudian, ia menjadi pelukis keliling di New England, New York, dan Carolina Selatan.

Karier melukisnya berlanjut saat ia memutuskan untuk menetap di New York City pada 1825. Lukisan potret Morse terkenal selain karena sentuhan romantisisme Inggris, juga gaya historis yang menggambarkan legenda dan peristiwa sejarah dengan tokoh-tokoh yang menghiasi latar depan dalam pose-pose megah dan warna-warna cemerlang.

Samuel Finley Breese Morse (britannica.com)

Ide Mesin Telegraf Morse Lahir di Atas Kapal

Setelah kematian istri pertamanya, Lucretia Pickering Walker, pada 7 Februari 1825, Morse kembali ke Eropa dengan membawa kesedihan mendalam. Saat itulah ia kembali menekuni sains dan melanjutkan minatnya pada bidang ilmu pengetahuan.

Jelang ulang tahun ke-40, pada 1832, Morse kembali ke Amerika dengan menumpang kapal Sully, setelah melakukan perjalanan di Eropa. Di atas kapal Sully itulah Morse terlibat percakapan dengan sesama penumpang mengenai kemungkinan menggunakan elektromagnetisme sebagai alat komunikasi. Percakapan tersebut menginspirasi Morse membuat alat komunikasi berbasis listrik dengan menggunakan kawat atau kabel untuk berkirim pesan dari jarak jauh. 

Setibanya di Amerika, Morse merealisasikan idenya. Ia membuat prototipe mesin telegraf rancangannya dibantu seorang teman, Alfred Vail. Butuh bertahun-tahun untuk menyempurnakan mesin telegraf rancangannya.

Setelah sekian percobaan Morse menghubungkan baterai ke elektromagnetik, Morse berhasil mentransmisikan listrik ke kabel dan mengembangkan sebuah kode yang selamanya dikenal dengan kode Morse. Mesin telegraf rancangannya berhasil mengubah angka dan huruf menjadi kombinasi suara pendek dan panjang, serta titik dan garis, dengan menekan tombol. 

Sosok yang meninggal pada 2 April 1872, New York, ini kemudian mematenkan mesin telegraf temuannya pada 1837. Enam tahun kemudian, dengan sokongan dana dari Kongres Amerika Serikat, ia dapat menyempurnakan untuk kemudian memamerkan mesin telegraf ciptaannya kepada khalayak. 

Ia melakukan uji coba mesin telegraf pada 24 Mei 1844 dengan mengirimkan pesan telegram pertamanya bertajuk “What Hath God Wrought?" pada 24 Mei 1844 dari Gedung Capitol di Washington DC menuju stasiun kereta api di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat. Alfred Vail, sang kawan, membantunya mendemonstrasikan bagaimana pesan telegram tersebut diterima di stasiun dan membalasnya kembali untuk Morse yang berada di Gedung Capitol.

Setelah mesin telegraf dikenalkan, banyak perusahaan berminat membangun jaringan telegraf dan segera setelahnya demam telegraf melanda Amerika Serikat. Salah satu perusahaan yang cukup masif membangun jaringan telegraf di Amerika Serikat adalah Mississippi Valley Printing Telegraph Company yang berdiri pada tahun 1851.

Kelak, perusahaan ini berganti nama menjadi Western Union yang hingga kini masih berdiri sebagai perusahaan global dalam pergerakan uang dan pembayaran lintas negara dan mata uang. Saat itu, perusahaan ini berhasil membangun jaringan telegraf sepanjang 32.186 km di seluruh wilayah di Amerika Serikat.

Oleh karena cara kerja mesin telegraf bergantung pada setiap kata yang dikirimkan, biaya yang dibebankan untuk sebuah pesan telegram berdasarkan jumlah kata yang digunakan. Itulah sebabnya pesan telegram terkenal singkat dan ketika itu dimanfaatkan masyarakat untuk mengirim berita penting kepada kerabat dan kolega. Tren pesan telegram turun pamor ketika pada 1876, teknologi telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell. 

Morse dan Gerakan Pramuka di Indonesia

Meski namanya kian tenggelam seiring ditemukannya teknologi komunikasi jarak jauh yang lebih canggih saat ini, nama Morse tidak serta merta menjadi usang dan mudah dilupakan begitu saja. Ia tetap dikenal baik oleh kalangan pelajar dan kelompok Pramuka atau Gerakan Kepanduan. Tidak saja di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

Penggunaan sandi Morse dalam kegiatan Pramuka hampir sama dengan cara kerja kode Morse di mesin telegraf. Huruf alfabet, angka, dan tanda baca direpresentasikan dalam bunyi panjang dan pendek yang dalam kegiatan Pramuka juga digambarkan dalam bentuk garis dan titik.

Misal, huruf A dalam sandi Morse direpresentasikan dengan titik dan garis (.—). Medium untuk mengantarkan kode-kode ini dalam Pramuka dilakukan melalui peluit. Setiap bunyi pendek dari peluit bermakna titik dan bunyi panjang bermakna garis.

Penguasaan sandi Morse ini menjadi keterampilan wajib yang diajarkan di Gerakan Pramuka. Selain mengasyikkan, keterampilan ini juga melatih anggota Pramuka kecakapan mengingat, berkonsetrasi dan ketelitian. 

Rekomendasi