Apa Itu LFP yang Sempat Jadi Polemik dalam Debat Cawapres?

| 22 Jan 2024 21:04
Apa Itu LFP yang Sempat Jadi Polemik dalam Debat Cawapres?
Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Dok. ANTARA)

ERA.id - Pada acara debat cawapres, Lithium Ferro-Phosphate (LFP) sempat jadi polemik. Apa itu LFP? LFP merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam baterai isi ulang lithium-ion.

Pada Minggu (21/1) malam, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming sempat melayangkan pertanyaan mengenai LFP kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

"Paslon nomor 1 dan timsesnya sering gaungkan LFP, Lithium Ferro Phosphate. Saya enggak tahu ini pasangan nomor 1 ini anti-nikel apa gimana," jelas Gibran, di Debat Cawapres Pilpres 2024, Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1).

Moderator pun meminta Gibran untuk memberikan penjelasan tentang LFP.

"Saya jelaskan juga enggak apa-apa. LFP, lithium fero phosphate, tadi sudah saya bilang, itu sering digaungkan Pak Tom Lembong," sebutnya, dengan nada meninggi.

"Semua ada etikanya, termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi atau singkatan. Kita levelnya policy dan kebijakan," Cak Imin menanggapi, tanpa menjawab pertanyaannya.

Apa Itu LFP?

Hal yang disinggung Gibran tersebut sebenarnya berkaitan dengan unsur pada baterai lithium-ion sebagai penyimpanan energi listrik pada handphone, laptop, hingga kendaraan listrik atau electric vehicle.

Dalam makalah berjudul 'Review: Metode Sintesis Katoda LiFePO4 Baterai Lithium-Ion' karya Moch Khabibul Adi Rachmanto dkk. dari Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, LFP adalah salah satu komponen penting baterai lithium ion yang dapat diisi ulang.

LFP, yang juga sering disebut Lithium Iron Phosphate, sendiri hanyalah salah satu dari beberapa jenis katoda yang umumnya digunakan dalam baterai lithium. Katoda jenis lainnya antara lain LNCA, LiCoO2, LiMn2O4, hingga LNCM.

Katoda merupakan logam yang mengalami reduksi dengan menangkap elektron hasil dari oksidasi logam. Logam ini menjadi komponen penting dari baterai sekunder (isi ulang) agar mendapatkan baterai dengan performa yang baik.

"LiFePO4 merupakan salah satu katoda yang banyak digunakan sebagai komponen baterai sekunder berbasis lithium-ion," tulis para peneliti.

E-Platform BYD yang ditunjukkan di kantor pusat BYD, Shenzhen, China, dikatakan menggunakan LFP. (ANTARA/Alviansyah Pasaribu)

Keunggulan LFP?

Pertama, Rachmanto dkk.menjelaskan, secara teoretis LiFePO4 memiliki kapasitas energi yang tinggi, yaitu 170 mAh/g dan tegangan discharge 3,4 V.

Kedua, LiFePO4 mempunyai stabilitas panas dan kimia yang tinggi, ekonomis, dan ramah lingkungan karena memanfaatkan material yang tidak beracun.

Ketiga, dibandingkan dengan katoda lain, LiCoO2, biaya sintesis LFP dapat dikatakan lebih murah.

Walaupun demikian, studi ini juga menjelaskan kekurangan LFP. Diantaranya konduktivitas rendah, laju difusi ion Li+ yang lambat, dan kerapatan energi yang rendah.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, hal-hal yang dapat dilakukan terhadap katoda yaitu melapisi dengan karbon, mengurangi ukuran partikel, mendoping dengan beberapa logam besi, mensubtitusi kation aliovalen, hingga memodifikasi sintesis katoda LiFePO4.

"Sehingga, dengan modifikasi sintesis katoda dapat dihasilkan baterai lithium-ion yang memiliki kestabilan tinggi, performa siklus baik, dan mudah diproduksi," demikian kata para peneliti.

Cara produksi

Produksi atau sintesis LiFePO4 (LFP) dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain sol-gel, presipitasi, dan solid state.

Mengingat kebutuhan baterai yang semakin tinggi, pengembangan baterai sekunder atau yang dapat diisi ulang pun semakin tinggi. Oleh sebab itu, produksi baterai lithium pun saat ini terbilang besar, sebab menjadi jenis baterai yang dapat diisi ulang.

Pertama, sol gel adalah metode murah dengan temperatur yang rendah yang menghasilkan produk yang mempunyai ketepatan stoikiometri, struktur seragam dengan ukuran partikel kecil, dan kemurnian yang tinggi.

Pada kasus tertentu, metode sol gel memerlukan perlakuan lanjutan yang kompleks dan menghabiskan waktu lama.

Kedua, presipitasi. Metode ini sangat berpengaruh terhadap sifat material yang terbentuk seperti fase, impuritas, dan aglomerasi.

Ketiga, solid state. Metodenya sangat sederhana dengan menghasilkan reaksi kimia tanpa pelarut. Sintesis material katoda akan mempengaruhi performa elektrokimia pada baterai lithium-ion yang dihasilkan.

Demikianlah ulasan tentang apa itu LFP, semoga ulasan ini bermanfaat.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Rekomendasi