ERA.id - Banyak keluarga di Indonesia yang terjebak dalam kesesatan berpikir dan manajemen. Akibatnya keluarga tidak terarah dan cenderung boros dalam mengelola keuangan.
Karena itu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong diadakannya kelas pranikah.
“Bicara tentang keluarga, di Indonesia ini banyak yang boros, sehingga tidak kaya kaya. Belum berprestasi tapi ingin prestise, itu penyakit kesejahteraan keluarga, karena banyak sekali orang yang ingin tampil dan pamer, karena akhirnya demi pamer dibela-belain utang,” kata Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat menerima audiensi fungsionaris Nasyiatul Aisyiyah (NA) di Ruang Sekretariat Stunting BKKBN Pusat pada Selasa (10/10/2023).
Menurut Dokter Hasto, kegiatan-kegiatan spesifik dan berdampak pada kelompok-kelompok tertentu sangat perlu dilakukan karena seringkali terlupakan dan terlewat.
Demikian juga pelatihan bagi para calon pengantin dengan diberikannya kelas pranikah.
“Saya kira memang kegiatan spesifik dan berdampak betul jadi saya setuju betul kalau kita lebih different dengan kegiatan di rutan anak anak ternyata banyak anak yang sebetulnya kespronya (kesehatan reproduksi) terlantar tidak ada yang memperhatikan karena mereka mungkin pembalut saja kehabisan. Kemudian di Jakarta ini ada komunitas namanya Behom (broken home) jadi remaja Behom itu komunitas yang tidak mau disentuh tapi dia mau diperhatikan tapi kalau diintervensi atau dipanggil satu persatu pasti tidak mau tapi kalau suatu saat kita undang kemudian kita adakan pertemuan secara virtual mau dia, itu bagian dari kaum dhuafa yang tidak dapat perhatian, jadi orang yang di rutan itu semi dhuafa dari sisi reproduksinya. Kemudian substansi di situ juga catin karna setahun itu ada 1,9 juta orang menikah di Indonesia dan yang hamil di tahun pertama itu 1,6 juta kemudian yang jadi stunting 320.000 jadi kalau NA bisa Bersama sama BKKBN mencegah stunting dari hulu kemudian sentuhannya catin, jadi kelas pra nikah sangat cocok,” jelas Dokter Hasto.
Samara Course
Sementara itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari pada audiensi tersebut mengatakan mereka mempunyai program pelatihan calon pengantin yang juga meliputi manajemen keuangan keluarga yang bisa dikerjasamakan dengan BKKBN.
“Kami juga ada Samara course yaitu adalah aktivitas semacam kegiatan sekolah pranikah jadi dikhususkan untuk calon, singkatan Samara course sendiri adalah pelatihan keluarga Sakinah Mawadah Warohmah, kami sudah melaksanakan di Gunung Kidul, kami juga bekerja sama dengan KUA untuk bisa dilatih manajemen finansialnya, manajemen rumah tangga dan lain-lain termasuk juga untuk kesehatan reproduksi kemudian stuntingnya juga kami masukan di dalam pelatihan itu,” kata Ariati Dina.
Selain Samara course, NA juga memiliki beberapa program yang diakui telah berjalan sejak tahun 2017. beberapa diantaranya adalah program Pasminah (Pelayanan Remaja Sehat Milik NA) yang berbentuk Posyandu khusus remaja yang kini diperluas untuk ibu muda yang hamil dan menyusui.
Kemudian ada Timbang (Tingkatkan Gizi Seimbang) yang pada perjalanannya berhasil menurunkan angka prevalensi stunting di Rawa Belut dari 30% menjadi 8% serta mengurangi perkawinan anak di daerah tersebut. program lainnya yaitu program peningkatan pemberdayaan ekonomi untuk perempuan yang tergabung dalam program BUANA (Badan Usaha Milik NA).
“Kemudian ada FLC (_family learning center) jadi kalau Samara Course itu untuk pra, nah kalau FLC ini untuk yang sudah menikah jadi kami membuat komunitas-komunitas keluarga-keluarga kecil untuk berbagi mengenai parenting, kesehatan dan perekonomian,” imbuh Ariati.
Nasyiatul Aisyiyah bergerak di bidang pendidikan, kemasyarakatan, dan keislaman dengan slogan Ramah Perempuan dan Anak. Audiensi yang dilakukan dengan Kepala BKKBN ini akan ditindaklanjuti berupa nota kesepahaman bersama dan perjanjian kerjasama dalam hal program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting.