ERA.id - Timbunan sampah plastik dari industri maupun rumah tangga memang memerlukan kerjasama dari masyarakat. Sebab, pencemaran akibat sampah plastik bisa mengancam banyak hal yang ada di bumi.
Termasuk, ancaman manusia yang berdampak pada perubahan perilaku yang tak disadari, gangguan hormon, kelainan genetik, penyakit kanker dan juga penyakit lainnya yang berpotensi bisa muncul kapan saja.
Pencemaran terutama disebabkan karena sampah plastik yang ada di laut dan jumlahnya semakin banyak. Besarnya ancaman sampah plastik, karena saat terbuang di alam dan laut, itu tidak akan terurai dan membentuk jenis, yakni mikroplastik.
Jika, manusia mengonsumsi ikan yang di dalam perutnya ada mikroplastik. Maka, secara tak sadar manusia telah mengonsumsi mikroplastik juga. Ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita semua.
"Sampah plastik butuh puluhan tahun (terurai), padahal setiap hari sampah plastik selalu ada," tutur Agung Pujo Winarko, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melalui acara "Webinar Unilever Indonesia Peringati Hari Lingkungan Sedunia 2021" pada Selasa (15/6/2021)
"Sampah plastik juga tidak terkumpul dengan baik. Misalnya terbawa air, bahkan banyak ditemukan ikan-ikan kecil makan mikroplastik," lanjutnya.
Jutaan ton sampah plastik telah mencemari tanah, udara, dan laut, akibat penggunaannya secara tidak bijak. Maka dari itu, masyarakat harus saling kerjasama untuk menangani penanganan sampah plastik, salah satunya dengan memilah sampah dan membentuk bank sampah.
"Masyarakat ada kemauan, kayak pemilahan sampah. DKI Jakarta sedang membentuk bank sampah untuk setiap RW. Jadi, sampah plastik dapat terkumpul dengan baik dan memberikan dampak manfaat," papar Agung Pujo.
Sementara itu, sampah plastik juga bisa dijadikan sampah curah atau pupuk ozaki. Selain itu, masyarakat bisa meminimalisir sampah plastik dengan refill, yakni menggunakan wadah atau kemasan produk yang sudah digunakan untuk keperluan lain.
"Jadi, saya mencoba mengurangi dengan curah dan refill. Jadi, sekarang udah ada refill station yang bisa dibawa kemana-mana. Jadi, saya sejak dulu sudah meminimalisir sampai plastik. Saya pakai yang bisa dipakai ulang," ujar Dimas Djayadiningrat, Sineas Muda Indonesia.
"Mencoba serius dan mengurangi. Jika bisa saya kerjakan ulang, ya saya buat itu. Pengolahan sampah yang nggak bisa recycle, saya kasih operator." lanjutnya.