ERA.id - Bali merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang paling populer di kalangan turis baik lokal ataupun mancanegara. Namun, pada saat ini Bali disebut-sebut overtourism atau sudah terlalu banyak pengunjung. Lantas, apakah dampak overtourism di Bali menimbulkan efek negatif pada sektor properti di Bali? Simak penjelasannya di bawah ini.
Dampak Overtourism di Bali
Fenomena overtourism pada beberapa wilayah di Bali ternyata memberikan dampak pada berbagai sektor, salah satunya adalah sektor properti. Di bawah ini adalah dampak overtourism di Bali terhadap sektor properti.
Komersialisasi Ruang
Pengamat Perkotaan dan Transportasi, Yayat Supriyatna, menjelaskan bahwa sekarang di Bali sudah terjadi komersialisasi ruang. Dengan kata lain, ruang-ruang hijau di Bali banyak yang sudah dijual untuk kepentingan turis, seperti maraknya pembangunan penginapan, hotel, dan juga villa. Hal ini pada dasarnya harus seimbang dengan daya dukung lingkungan, jika tidak, semakin lama alam di Bali akan semakin tergerus dan hilang.
"Jadi sekarang ini yang terjadi komersialisasi ruang. Hampir semua ruang di Bali itu dikomoditaskan untuk kepentingan turis yang sebetulnya harus seimbang dengan daya dukung lingkungan. Karena orang udah ngeliat sawahnya mulai hilang, landscape Balinya udah makin berkurang, penuh dengan tempat-tempat bisnis yang baru. Kemudian pelaku usahanya pun udah bukan orang Indonesia lagi," katanya.
Pertumbuhan Penginapan yang Ada di Bali
Menurut Yayat, overtourism ini juga berdampak terhadap perusakan aspek tata ruang. Maraknya pembangunan hotel, cottage, dan tempat penginapan baru di Bali dapat mengubah lanskap kota Bali secara drastis. Dari sisi properti, kawasan yang padat turis seperti ini akan membuat permintaan akan penginapan seperti hotel dan vila semakin bertambah. Namun, jika izin pembangunannya longgar dan kurang terkendali, dikhawatirkan akan merusak lingkungan di Bali secara parah.
"Terus kedua, bisa juga overtourism itu merusak aspek tata ruang. Contohnya apa? Banyak bangunan-bangunan baru yang memang akhirnya bisa merubah landscape keasilan ruang Bali. Kalau misalnya izin-izin terkait pembangunan perumahan, hotel atau apapun itu tidak ketat, bisa berdampak pada hal ini (perusakan landscape). Jadi kalau sisi properti, bisa saja kan ada demand yang tinggi misalnya untuk terkait untuk homestay untuk hostel atau penginapan untuk pengembangan baru," jelas Yayat.
Kebutuhan Properti dan Modal Asing Mendominasi
Tingginya permintaan properti dari wisatawan membuka peluang bagi bisnis homestay, hostel, dan restoran. Namun, hal tersebut memicu kenaikan harga tanah dan properti yang drastis.
Masyarakat lokal, khususnya petani, terpaksa akan menjual tanah mereka demi keuntungan yang lebih besar. Oleh sebab itu, kehadiran investor asing di sektor properti Bali mengundang kekhawatiran akan adanya modal asing yang mendominasi dan hilangnya kontrol atas aset-aset strategis. Hal ini ditunjukkan dengan ramainya orang asing yang tinggal di Bali bukan hanya untuk berlibur tapi juga untuk bekerja dan membuka peluang usaha.
"Bagaimanapun di mata wisatawan sekarang di sana bukan wisatawan lagi yang datang, tapi orang yang memang mau cari kerja dan mau buka restoran di Bali. Berarti salah satunya kan sekarang banyak orang asing yang punya penginapan, karena banyaknya gini, tadinya petani dan orang yang punya sawah, tiba-tiba tanahnya dibeli. Mau tidak mau mereka pasti jual karena dibeli juga dengan harga tinggi, otomatis sawahnya hilang," terang Yayat.
Yayat juga menegaskan bahwa tuntutan kebutuhan properti di Bali harus dipertimbangkan dengan matang sebab kekuatan Bali terletak pada bentang alamnya. Sehingga, semuanya harus seimbang. Sebab jika tidak, hal ini berisiko menimbulkan masalah lingkungan seperti limbah, sanitasi, dan lainnya.
Demikianlah ulasan tentang dampak overtourism di Bali yang sudah terjadi. Semoga informasi ini bermanfaat.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…