ERA.id - Data dari Badan Siber dan Sekuriti Negara (BSSN) mencatat (ada) ratusan juta serangan cyber terhadap Indonesia setiap tahun. Pada tahun 2023, tercatat 209 juta serangan siber, meningkat 24 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan oleh Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia kala memaparkan jumlah serangan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir.
"Kami mencatat sebanyak 572.000 aduan terkait fraud atau penipuan online yang diterima sepanjang tahun 2017 sampai dengan 2024. Jenis fraud yang mendominasi adalah penipuan jual beli online dan investasi fiktif online," ungkapnya dalam siaran resmi VIDA yang diterima Era.id.
Untuk mencegah kejahatan tersebut diperlukan solusi yang komperhensif. Bukan hanya terkait data, namun juga transaksi digital.
Penyedia solusi terdepan dalam mencegah penipuan identitas digital telah merancang sebuah solusi yang dirancang untuk menghadapi ancaman penipuan, terutama yang terjadi dalam proses transaksi digital di Indonesia. Berbagai ancaman digital yang kerap terjadi, termasuk deepfake, penipuan berbasis teknologi AI, pengambilalihan akun (account takeovers), dan serangan social engineering, diketahui telah meningkat hingga 1.550% dalam beberapa tahun terakhir.
Peluncuran ini disampaikan dalam VIDA Executive Summit 2024, acara teranyar industri digital yang mengumpulkan para ahli dan pemimpin pemikiran terkemuka, termasuk ahli keamanan siber dunia, Mikko Hyppönen. Forum ini menyoroti risiko penipuan identitas digital untuk proses bisnis di Indonesia, termasuk deepfake, pengambilalihan akun, dan rekayasa sosial, serta memamerkan solusi yang diperlukan untuk menjaga keamanan bisnis.
VIDA Identity Stack, menekankan solusi yang dapat memberi jaminan identitas dan integritas dari Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE). Selai itu juga mengatasi secara langsung dua masalah utama: kerugian finansial dan menurunnya kepercayaan pada sistem digital. Laporan white paper ini juga menemukan bahwa 84% bisnis telah mengalami identity fraud atau penipuan digital pada tahun lalu, dan 100% dari bisnis dalam survei ini mengutarakan keprihatinannya terhadap risiko yang ditimbulkan oleh teknologi deepfake. Selain itu, 90% bisnis mengidentifikasi phising sebagai ancaman terbesar mereka, dengan 56% bisnis kesulitan untuk mendeteksi dan mencegah serangan ini. Solusi VIDA hadir dan didesain untuk mengatasi risiko tersebut dan melindungi bisnis dari ancaman digital yang terus berkembang.
"Penggunaan tanda tangan elektronik adalah solusi terhadap masalah jaminan identitas dan integritas pada dokumen elektronik yang ditransaksikan dalam sistem elektronik. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanda-tanda elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Oleh karena itu, muncul tandatangan elektronik tersertifikasi dengan memanfaatkan teknologi infrastruktur kunci publik yang menggunakan proses enkripsi, autentikasi, dan verifikasi identitas, dan telah terbukti keamanannya," ujar Nezar.
Bersamaan dengan peluncuran, VIDA juga mempublikasikan laporan riset white paper bertajuk “Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Business from AI-Generated Digital Fraud.” Dalam laporan ini, ditemukan bahwa sebanyak 97% bisnis di Indonesia telah menjadi sasaran serangan social engineering dalam setahun terakhir, dengan phising dan smishing menjadi metode yang paling umum digunakan. Selain itu, 46% bisnis ini juga tidak memiliki pemahaman teknologi AI yang mendalam untuk mencegah serangan ini. Hal ini menunjukkan urgensi akan kebutuhan solusi berbasis AI yang komprehensif.
Niki Luhur, Founder dan CEO VIDA Group, menyampaikan, “Risiko Deepfakes dan penipuan lainnya oleh teknologi AI itu nyata, dan banyak bisnis kehilangan miliaran rupiah karena serangan ini. VIDA Identity Stack yang memiliki tingkat penurunan penipuan identitas sebanyak 99.9% ini didesain untuk melindungi bisnis agar aman dan lancar untuk pengalaman pengguna pelanggan.”
Berikut berbagai macam jenis solusi dalam VIDA Identity Stack.
1. Identity Verification (Verifikasi Identitas)
Document Liveness:
Mengkonfirmasi keaslian dokumen yang diunggah dalam proses online onboarding.
Face Liveness:
2. Mencegah penipuan dengan pendeteksian gambar dan video palsu.
Income Verification:
Menyediakan pemeriksaan akurat akan data pendapatan (income) menggunakan kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI).
3. User Authentication (Otentikasi Pengguna)
PhoneToken:
Menghubungkan akun (contoh: akun perbankan) kepada ponsel selular Anda, sehingga transaksi tidak dapat diselesaikan pada perangkat lain. Mengamankan otentikasi dengan memastikan bahwa perangkat yang digunakan benar-benar milik Anda.
FaceToken:
Mengganti SMS dengan rekognisi wajah untuk peningkatan keamanan dan kemudahan penggunaan.
4. Fraud Detection (Deteksi Penipuan Digital)
Fraud Scanner:
Menggunakan teknologi AI tingkat lanjut dan machine learning untuk mendeteksi aktivitas penipuan.
Deepfake Detector:
Mengidentifikasi dan mencegah konten deepfake.
Deepfake Shield:
Mencegah para penipu agar tidak bisa meretas kamera perangkat anda, menyediakan pertahanan terhadap serangan deepfake pada saat itu juga,
Laporan white paper VIDA menyediakan analisis rinci tentang risiko keamanan dan ancaman penipuan dalam ekosistem transaksi digital di Indonesia serta menunjukkan bagaimana VIDA Identity Stack dapat mengatasi risiko-risiko ini secara efektif. Hampir 99.9% penipuan dapat diatasi.