Soekarno diasingkan ke Ende pada Januari 1934, selama empat tahun ia diasingkan (1934-1938). Setelah itu, ia diasingkan ke Bengkulu. Bung Karno diasingkan oleh Belanda untuk memutus hubungan Soekarno dengan para loyalisnya di Pulau Jawa.
Kehidupan Soekarno di Ende ditemani oleh sang istri, Inggit Garnasih lalu dengan ibu mertua, Ibu Amsi dan anak angkatnya, Ratna Djuami bertempat tinggal di kampung Ambugaga, Ende.
Dalam pengasingannya Soekarno dikabarkan menjadi lebih agamis, karena kesehariannya ia hanya diisi dengan membaca buku, berpikir. Sehingga dengan mudah ia merumuskan lima butir Pancasila tersebut.