Jakarta, era.id - Piala 2018 digelar di Rusia. Negara Beruang Merah itu pun jadi sorotan dunia. Lalu apa yang kalian bayangkan dari kata Rusia? Vodka? Ups, kalian harus ubah bayangan kalian itu. Ternyata, Rusia tidak identik dengan vodka. Warga Rusia nyatanya lebih suka teh daripada Vodka.
Dilansir dari id.rbth.com, jajak pendapat yang dilakukan pada 2014, ternyata 94 persen orang Rusia minum teh. Wow, kok bisa? Berarti, mengidentikkan vodka dan Rusia adalah pemikiran yang salah.
Dari artikel Bukan Negara Vodka: Kenapa Orang Rusia Suka Minum Teh? di laman id.rbth.com dijelaskan, ternyata tak semua orang Rusia minum alkohol, apalagi vodka yang rasanya terlalu kuat.
Jadi, kalau anda diundang ke rumah seseorang di Rusia, kamu tidak akan ditawari vodka. Kecuali kalian datang diundang untuk mabuk. Tapi, yang pasti, ketika kamu berkunjung ke sebuah rumah di Rusia, anda akan ditawari teh.
Sekarang, kalian bisa lihat di restoran atau kafe-kafe, orang Rusia biasanya memesan teh. Itu juga dilakukan ketika orang Rusia sedang melancong ke negara lain.
Penulis terkenal Leo Tolstoy pernah berkata, “Saya perlu minum banyak teh karena saya tak bisa bekerja tanpanya. Teh membangkitkan segala kesempatan yang ada di dalam jiwaku."
Bangsa Teh
Sejarah teh lekat dengan Rusia ternyata cukup panjang. Seperti kebanyakan negara lain, teh awalnya diimpor dari Tiongkok, tetapi tepatnya kapan masih diperdebatkan oleh para sejarawan.
Cendekiawan abad ke-19, Dmitry Prozorovsky menulis bahwa utusan Rusia ke Tiongkok pada 1654. Saat itu, sang utusan Rusia menyebutkan teh sebagai hal yang lazim di negaranya. Si utusan tadi juga bilang, minuman tersebut adalah salah satu kebutuhan utama orang modern.
Selain itu, pada catatan lain, disebutkan bahwa abad ke-19, seluruh lapisan masyarakat di Rusia telah mengkonsumsi teh.
"Pada pertengahan abad ke-19, semua lapisan sosial — dari bangsawan hingga petani miskin — minum teh," tulis sejarawan Alexey Volynets dalam sebuah artikel untuk Russian Planet.
Bahkan Nikolai I, tsar Rusia yang berkuasa dari 1825 hingga 1855, meminta para tahanan revolusioner untuk dilayani dengan teh, karena tak melakukan hal itu adalah tidak manusiawi.
Karena teh cukup murah, semua orang bisa membelinya. Tetapi teh yang dikonsumsi oleh aristokrat dan pedagang kaya jelas berbeda kualitasnya.
Singkatnya, minum teh merupakan tradisi Rusia yang menyatukan orang-orang dari semua latar belakang.
Pada 2016, penelitian yang dilakukan oleh Euromonitor International menunjukkan, sebanyak 78 persen orang Rusia memilih teh jika disuruh memilih antara minuman tersebut atau kopi.
Pecinta Teh di Rusia
Aleksandr I, yang memerintah dari 1801 hingga 1825, membuat harga teh terjangkau di restoran dan pasar kota. Ia menyukai teh, para orang istana mengatakan, dia selalu memulai harinya dengan teh hijau, krim, dan roti panggang.
Vladimir Lenin, arsitek Revolusi 1917, juga menikmati teh. Banyak memoar oleh kaum revolusioner pada era itu yang dimulai dengan Lenin minum teh bersama kameradnya. "Selama diasingkan di luar negeri dan setelahnya, ia minum bir atau anggur dari waktu ke waktu, tetapi tidak pernah suka," tulis Sovsekretno.ru.
Joseph Stalin, penguasa paling kontroversial dalam sejarah Rusia, dia juga mencintai teh. Marsekaol Alexander Vasilevsky pun punya kenangan tentang Stalin yang suka dengan teh. "Biasanya saat rapat, asistennya membawakannya segelas teh dengan lemon... Stalin memeras lemon ke teh, menambahkan cognac, dan meminumnya," kata Vasilevsky.