Google Bisa Meramal Kematian

| 22 Jun 2018 13:53
Google Bisa Meramal Kematian
Jakarta, era.id - "All things must pass, none of life's strings can last". Cukup mudah memahami penggalan lagu karangan George Harrison. Bertajuk kesedihan dan berserah diri, segala sesuatu hilang pada waktunya, seakan tidak ada yang kekal. Begitu juga dengan hidup, mustahil untuk diprediksi. Lalu, apakah rahasia umur bisa diterka manusia?

Kalian pernah membayangkan ketika teknologi ciptaan manusia bisa memprediksi kematian seseorang? Entah bagaimana sistem dan cara kerjanya, tapi Google sedang mengembangkannya. Mereka sedang melatih mesin yang bisa memprediksi kematian seseorang. Terdengar horor bukan? 

Seorang wanita dengan kanker payudara stadium akhir pergi ke rumah sakit. Cairan membanjiri paru-parunya. Dia melihat dua dokter dan mendapati hasil radiologi. Komputer rumah sakit membaca tanda-tanda vitalnya dan memperkirakan kemungkinan 9,3 persen dia akan meninggal selama dia tinggal.

Sistem algoritma ciptaan Google mampu membaca kondisi seorang wanita di salah satu rumah sakit. Mesin tersebut berhasil membaca 175.639 data di tubuh wanita tersebut. Data itu dianalisa secara otomatis dan hasilnya menunjukkan risiko kematian wanita tersebut sebesar 19.9 persen. Artinya, wanita tersebut akan meninggal dalam beberapa hari. Laporan ini dipublikasikan Google pada bulan Mei lalu.    

Baca Juga : Mencari Tahu Cara Google Translate Bekerja 

Bukan hal baru bagi kita mendengar AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan. Google menciptakan kecerdasan buatan yang tidak hanya memprediksi kondisi pasien, tapi juga berapa lama lagi pasien bermalam di rumah sakit, hingga kemungkinan pasien tersebut akan kembali ke rumah sakit. Tentu saja paling 'mengerikan' adalah prediksi peluang kematian seseorang.

Hingga kini, rumah sakit, dokter dan lembaga kesehatan lainnya, terus berupaya untuk merekam jejak medis setiap pasiennya. Tidak bisa dipungkiri, banyak di antaranya masih menggunakan metode konvesional, dicatat di buku pasien. Kekurangannya, data tersebut sulit dicari, menghabiskan waktu, bahkan tidak bisa memprediksi apapun. Makanya, pencatatan digital jadi solusi terbaik dunia kesehatan.

Saat seluruh data pasien sudah berbentuk digital, di sinilah sistem mulai bermain dengan algoritmanya. Prediksi yang didasari jejak rekam medis pasien beserta keluhan-keluhannya. Berangkat dari sini, Google memuat sistem yang dapat memprediksi sehingga bisa digunakan di klinik atau lembaga kesehatan lainnya. 

Dikutip dari Bloomberg, Senin (18/6) kemarin, Kepala divisi kecerdasan buatan Google, Jeff Dean menyebut nama sistem tersebut sebagai Medical Brain. Sebuah sistem kecerdasan buatan yang memprediksi gejala dan penyakit dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Selama ini perangkat lunak atau sistem yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan di-coding secara manual. Bedanya, pendekatan yang Google lakukan adalah melatih sistem atau perangkat lunak untuk bekerja secara otomatis memprediksi segala sesuatu yang dibutuhkan. Bahkan bisa menentukan langkah apa yang harus diambil untuk menyelamatkan pasien tersebut. Soal keamanan data pribadi, sangat dijamin Google.

Terlepas dari prediksi atau diagnosa yang akan diciptakan Google, muncul sebuah pertanyaan mendasar. Sudah siapkah kita menerima hasil prediksi atau diagnosa kesehatan yang dilakukan oleh sebuah mesin dan sistem? Bisa ya, atau mungkin malah tidak. Minimal berserah diri sudah cukup sebagai manusia.

Tags :