ERA.id - Prof. Quraish Shihab pernah menulis buku berjudul Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Kesampingkan dulu soal isinya, judul buku tadi harusnya sudah menampar kita semua, apalagi yang suka tiba-tiba menghubungi orang tak dikenal tanpa etika komunikasi yang baik.
Seorang dosen Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang, Wati Istanti, pernah mengeluh kepada kami soal kelakuan mahasiswanya yang suka asal menghubungi dosen. "Anak zaman sekarang seringkali tidak memahami etika dalam beretorika berbahasa," ujarnya. "Di sini malah banyak yang WA dosen dengan pedenya: Selamat siang, Ibu di mana ya, saya ingin bertemu?"
Menurut Wati, chat begitu sudah cukup sopan sih, ada salamnya, tetapi etikanya kurang. Ia merasa seperti diteror mata elang yang mau menagih utang. Belum lagi kalau dapat pesan dari nomor tak dikenal yang entah mahasiswanya atau bukan, tetapi langsung ngajak ketemuan. Jangankan Wati, siapa pun juga bakal was-was dapat pesan begitu dan memilih untuk memblokir nomor yang masuk.
Sepanjang pengalaman kami, hanya ada tiga golongan yang tak kenal lelah menghubungi orang asing tanpa etika sama sekali: penagih utang salah sasaran; agen pinjol yang menjajakan jasanya lewat sms; dan admin judi slot yang pakai foto profil mbak-mbak seksi. Kalau kita tak ingin disamakan dengan orang-orang itu, hendaknya kita memperbaiki pola komunikasi kita, lebih-lebih dengan orang yang belum kita kenal, atau sebaliknya, belum kenal dengan kita.
Tiga hal yang jangan dilupakan
Dalam hidup ini ada saatnya kita akan menghubungi orang asing, misalnya mengundang seseorang untuk hadir di sebuah acara atau menanyakan informasi tertentu. Dan kalau ingin pesan kita ditanggapi, maka jangan samakan menghubungi mereka dengan menghubungi teman baik kita yang bisa sesukanya.
Langkah pertama adalah mengucap salam. Jika yang kita hubungi muslim, bisa dimulai dengan ucapan Assalamu'alaikum. Jika kita tak tahu pasti agama mereka, lebih baik pakai salam yang umum seperti selamat pagi atau sesuaikan dengan waktu kita mengirim pesan. Selanjutnya, minimal ada tiga poin yang harus kita sampaikan:
1. identitas diri;
2. sumber informasi;
3. maksud dan tujuan.
Identitas ini penting. Kenalkan diri kita terlebih dulu, baru orang bisa berbicara lebih lanjut dengan kita. Coba saja dibalik, bukankah kita merasa risih berbincang dengan orang asing yang mendadak ngirim pesan tanpa identitas jelas?
Lanjut lagi, orang yang kita hubungi itu bukan tukang sedot WC yang nomornya bertebaran di tiang listrik. Makanya, kita harus memberi tahu sumber informasi dapat kontaknya dari mana, apakah dari seseorang yang ia kenal, laman website, kartu nama, dsb. Ini untuk menghilangkan kecurigaan dan kewaspadaan, sehingga orang yang kita hubungi tidak merasa was-was nomornya tersebar tanpa sepengetahuannya.
Baru kemudian sampaikan dengan jelas maksud dan tujuan kita mengirim pesan. Jangan kok tiba-tiba menyapa tanpa keterangan lebih lanjut dan membuat sang penerima pesan bertanya-tanya, "Ini orang mau ngapain sih?" Terakhir, lengkapi dengan salam penutup dan jangan lupa menyisipkan kata "maaf" dan "terima kasih" dalam pesan kita.
Begini contoh template simpel format pesan untuk keperluan mengundang seseorang jadi narasumber:
Selamat pagi/sore (sesuaikan saja waktunya) Bapak/Ibu ... (tulis namanya)
Maaf mengganggu waktunya, perkenalkan saya ... (sebutkan nama), dapat kontak Bapak/Ibu dari ... (jelaskan sumber informasi kita). Sehubungan dengan Hari Lahir Pancasila, kami ingin mengundang Bapak/Ibu untuk mengisi acara sebagai pembicara via online ... (jelaskan lebih lengkap soal acara tersebut).
Terima kasih untuk perhatiannya, saya tunggu jawaban Bapak/Ibu. Selamat pagi.
Ada pepatah dalam Alkitab yang berbunyi: Sepatah kata yang diucapkan dengan tepat bak apel emas dalam bingkai perak. Memang bukan jaminan seratus persen pesan kita bakal dijawab meski mengikuti langkah-langkah di atas. Namun, kemungkinannya jadi lebih tinggi. Setidaknya lebih baik dari pada tiba-tiba kirim WA: Ibu di mana ya? Saya ingin ketemu.
Perhatikan waktu yang tepat untuk menghubungi
Bukan hanya soal perasaan saja yang perlu diungkapkan pada momen yang tepat, pesan yang mau kita kirim ke orang asing juga begitu. Apalah artinya isi pesan yang baik dan beretika kalau dikirim bukan pada waktu yang tepat.
Waktu yang tepat untuk mengirim pesan adalah di luar jam istirahat. Jangan pernah mengirimnya malam-malam, apalagi lewat tengah malam. Siapa pun bakal sebal menerima pesan dari orang tak dikenal saat mau tidur atau bermesraan dengan suami/istri di rumah.
Pilih waktu saat jam kerja dan jangan tergesa-gesa ingin mendapat respon. Kasih jeda barang sehari-dua hari jika pesan belum dibalas. Jangan setiap satu jam sekali kita teror agar cepat direspon, yang ada justru pesan kita makin diabaikan.
Satu lagi, jangan pernah melakukan panggilan telepon apalagi video sebelum mengirim pesan dan diizinkan. Fitur panggilan hanya bisa bebas kita gunakan kepada teman-teman terdekat. Di luar itu, jangan. Kalau tidak kita akan dianggap sebagai tukang tipu atau sales kartu kredit dan asuransi. Begitulah beberapa tutorial menghubungi orang yang belum dikenal, silakan dicoba dan semoga berhasil.