Maruarar: Saya Bangga Pilihan Bu Mega di Pilkada

| 01 Jul 2018 13:40
Maruarar: Saya Bangga Pilihan Bu Mega di Pilkada
Maruarar Sirait (paling kanan), bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. (Istimewa)

Jakarta, era.id - Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait mengapresiasi perolehan PDI Perjuangan (PDIP) dalam pilkada serentak 2018. Menurutnya, kemenangan PDIP di sejumlah provinsi adalah wujud kemenangan rakyat sekaligus kemenangan PDIP yang merupakan partai kader.

“Keberanian PDIP mengusung kader di hampir semua wilayah menunjukkan bahwa PDIP telah menjalankan fungsi kepartaian dengan baik,” ujar Maruarar dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/7/2018).

Maruarar menegaskan, kaderisasi di PDIP tidak pernah instan karena seseorang selalu melewati proses panjang sebelum dicalonkan menjadi kepala daerah. Dia mencontohkan Ganjar Pranowo sebelum diusung menjadi Gubernur Jateng, lebih dulu menjadi anggota DPR dua periode.

Selain itu, lanjutnya, Djarot Saiful Hidayat yang diusung jadi cagub Sumut sebelumnya pernah menjadi Wali Kota Blitar, anggota DPR, dan Wakil Gubernur DKI. Bahkan, Presiden Joko Widodo sebelumnya juga berproses dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI dan kemudian menjadi Presiden.

“Partai politik yang berhasil adalah partai yang sukses memproses dan menciptakan para pemimpin bukan hanya membaca situasi, melihat figur yang berpeluang untuk kemudian didukung tanpa memperhatikan aspek ideologis, loyalitas dan pendidikan politik di partai,” tutur anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat IX yang meliputi Subang, Majalengka, dan Sumedang itu.

"Saya sebagai kader partai bangga dengan keputusan Ibu Mega untuk mengusung kader bertarung di pilkada 2018" ujar Ketua DPP PDIP periode 2004-2014 ini.

Baca Juga: Simbol Politik Jokowi dan PDIP

Menurut Maruarar, klaim sejumlah partai di sejumlah pilkada jika ditilik dari pragmatisme politik sah, tapi jika dilihat dari aspek kualitas klaim itu menjadi tidak tepat.

“Kemenangan mereka bukan kemenangan yang mendatangkan nilai lebih bagi partai yang seharusnya berfungsi sebagai tempat artikulasi kepentingan rakyat, tempat pendidikan politik, dan kaderisasi,” ungkap Maruarar.

"Pasangan Djarot-Sihar (Djoss) di Pilkada Sumut dilihat dari quick count memang kalah, tapi coba kita objektif melihatnya. Suara PDIP dan PPP di Sumut tak lebih dari 21 persen, tapi lihat perolehan suara Djoss lebih dari 40 persen. Artinya, mesin partai berjalan dan figur yang diusung juga diterima publik,” sambungnya.

Dihubungi terpisah, pengamat politik dari  Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menyampaikan, kaderisasi yang dilakukan PDIP sangat baik. Menurut dia, kaderisasi itu yang diharapkan berjalan di semua partai politik.

"Kaderisasi baik, berjenjang. PDIP mengusung kadernya di banyak daerah, itu penting," ungkap Ujang.

Saat kaderisasi berjalan, ucap Ujang, maka kader partai tersebut akan lebih bekerja keras menjalankan visi dan misi partai. Selain itu, masyarakat juga menilai positif karena kaderisasi melunturkan kesan pragmatisme politik di tubuh PDIP.

"Karena banyak parpol di Indonesia pragmatismenya tinggi. Lebih memilih mengusung non kader atau figur yang punya kekuatan finansial yang besar," tambah dia.

Rekomendasi