Antrean Mengular di Beberapa SPBU, Mari Mengenal Apa Itu Panic Buying

| 02 Sep 2022 14:02
Antrean Mengular di Beberapa SPBU, Mari Mengenal Apa Itu Panic Buying
Antrean di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, (ANTARA)

ERA.id - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyebut saat ini telah terjadi 'panic buying' di tengah masyarakat. Hal itu lantaran kabar kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar yang menyebabkan antrean mengular di beberapa SPBU.

Salah satu penyebab panic buying adalah karena banyaknya komentar pejabat mengenai rencana kenaikan harga BBM. Hal ini membuat masyarakat berbondong-bondong menuju SPBU untuk segera mengisi BBM, sehingga berdampak pada antrean yang mengular.

Tapi tahukah kamu, apa itu panic buying? Frasa tersebut merujuk pada pengertian 'pembelian panik' sebagai respons terhadap tekanan lingkungan. Namun, apakah ada kaitannya dengan psikologis berjemaah? Nah, melalui artikel ini ERA akan dijelaskan secara ringkas.

Sebelum ramai isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), di awal pandemi COVID-19 atau awal tahun 2020 sudah ada peningkatan pembelian panik sebagai respons terhadap kekurangan sumber daya yang nyata.

Tabung oksigen jadi sasaran panic buying di awal pandemi (Antara)

Pada hari-hari awal COVID-19 masyarakat dihadapkan dengan ketakutan dan ketidakpastian. Emosi-emosi negatif tersebut, sebagian, merupakan respons terhadap kekurangan persediaan dasar yang nyata.

Namun, respons panik menyebabkan perilaku yang, bagi sebagian individu, menghasilkan pola pembelian yang tidak lazim. Dengan demikian, panic buying merupakan salah satu respons terhadap peristiwa yang menghasilkan emosi negatif.

Apa Itu Panic Buying? Berikut Definisinya

Banyak literatur sebelumnya yang mengidentifikasi Panic Buying, salah satunya adalah makalah ilmiah berjudul Understanding Panic Buying Through an Integrated Psychodynamic Lens.

Panic buying diidentifikasi sebagai respons terhadap tekanan lingkungan atau selama keadaan menyedihkan dan tidak pasti (termasuk pandemi, perang, perubahan kebijakan pemerintah, atau bencana alam).

Panic buying didefinisikan sebagai fenomena perilaku peningkatan konsumsi dan kuantitas secara tiba-tiba dari satu atau lebih barang yang diperlukan yang dipicu oleh situasi yang merugikan, yang mengakibatkan ketimpangan antara penawaran dan permintaan.

Dalam mendefinisikan pembelian panik, perlu dicatat bahwa perbedaan utama dalam pembelian panik dan perilaku konsumen lainnya adalah motivasi yang mendasari pembelian dan emosi negatif yang terkait dengan pembelian panik.

Fenomena Panic Buying Kenaikan Harga BBM

Dengan munculnya isu kenaikan BBM dan akses ke media sosial dan informasi di ujung jari kita, panic buying dengan cepat menjadi kejadian di seluruh Indonesia. Perlu diketahui, isu kenaikan harga BBM tersebut dipengaruhi oleh kondisi krisis global.

Fenomena panic buying BBM termasuk ketakutan masyarakat akan ketidakpastian kapan akan berakhirnya krisis. Selain itu, adanya ketidakpastian apakah akan ada cukup persediaan untuk bertahan selama krisis.

Kemudian emosi negatif menjadi tambahan yang berkorelasi dengan pembelian panik termasuk ketakutan dan kecemasan, yang merupakan dorongan kuat dalam perilaku konsumen.

Tingkat ketakutan dan kecemasan masyarakat juga sering dikaitkan dengan menyaksikan ketakutan universal, yang tidak diketahui bagaimana kondisi soal masa depan.

Selanjutnya, emosi negatif yang terkait dengan perilaku konsumen tersebut termasuk ketidakpercayaan pada pemerintah selama masa krisis, yang mungkin dipengaruhi oleh tindakan pemerintah sebelumnya yang diambil selama masa krisis.

Faktor Individu yang menjadi penyebab tindakan panic buying di antaranya persepsi ancaman, kelangkaan barang, ancaman kehilangan kendali atas lingkungan (atau tuntutan masa depan dan sosial), dan perasaan tidak aman atas ketidakstabilan.

Selain itu, tindakan panic buying dapat melambangkan beberapa aspek dalam diri individu. Misalnya, pembelian panik mungkin merupakan upaya untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Penyebab lainnya seseorang melakukan panic buying adalah meniru perilaku yang disaksikan adalah sarana konformitas, karena sebagai mekanisme pertahanan hidup yang dilakukan individu.

Tujuan seseorang melakukan panic buying adalah agar  berusaha mengatasi perasaan tidak aman dan mengurangi perasaan negatif. Terakhir, panic buying juga melambangkan bentuk mendapatkan kendali atas situasi tanpa kendali.

Selain definisi apa itu panic buying, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu ingin tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman

Rekomendasi