Isu bursa transfer politikus ini muncul di masa pendaftaran calon legislatif untuk Pemilu 2019. Salah satunya adalah politikus PAN Lucky Hakim yang pindah ke Partai Nasdem dengan bursa transfer Rp5 miliar.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengingatkan, para caleg seperti ini harusnya bisa menolak penerimaan sumbangan ataupun mahar politik. Tujuannya, biar tak ada konflik kepentingan bila terpilih nantinya.
"Sumbangan dan mahar mengapa diminta dihindari agar selama dalam proses penugasannya (calon terpilih) di parlemen atau pemerintahan tidak (terjadi) konflik kepentingan," kata Saut kepada era.id melalui pesan singkat, Kamis (19/7/2018).
Saut menilai, seharusnya politik uang atau penerimaan mahar politik tak perlu dilakukan oleh para caleg yang akan maju di Pemilu 2019. Sebab, seseorang yang masuk ke dunia politik harusnya berniat untuk menyejahterakan rakyat.
"(Mahar politik) sebaiknya dihindari. Seseorang masuk ke politik, murni karena ideologi yang menyejahterakan," kata dia.
Sayangnya, KPK tak bisa melakukan penindakan bila memang terbukti ada politik uang seperti ini. Sebab, berdasarkan Pasal 11 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002, KPK memang hanya bisa melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.
Sehingga, kalau ada dugaan tekait pemberian mahar politik maka instansi berwenang untuk memproses tindakan pelanggaran tersebut adalah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan undang-undangnya yang berlaku.
"(Mahar politik) bukan wewenang penindakan KPK. Dalam konteks pencegahan sebenarnya yang perlu dihindari ialah potensi ikut-ikutan yang kemudian menganggu intergritas seseorang," ujarnya.
Baca Juga : PAN: Perpindahan Caleg Seperti Transfer Pemain Bola
Sebagai informasi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyesalkan kepindahan kader yang telah dibesarkan partainya jelang Pemilu Legislatif 2019 mendatang.
Sebab, katanya, kepindahan caleg sekarang sudah seperti bursa transfer pemain persepakbolaan yang membutuhkan biaya.
Salah satu kader PAN yang beranjak adalah Lucky Hakim. Anggota DPR Komisi X DPR ini menjadi kader Partai Nasdem. Kepindahan Lucky ini menelan biaya Rp5 miliar. Tapi, anggaran yang cair baru Rp2 miliar.
"Katanya caleg-caleg sekarang sudah kayak pemain bola itu, ada transfer pemain," katanya, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/7/2018).
"Kalau Lucky transfer. Rp2 miliar dari Rp5 miliar sudah terima (uangnya). (Jumlah transfer) Rp5 miliar tapi baru terima Rp2 miliar. Dia SMS ke saya. Selain karena PAW ya (alasan pindahnya)," sambungnya.
Zulkifli menyayangkan adanya sistem seperti ini. Dia takut, model seperti ini akan menciptakan kondisi koruptif.
"Tentu kalau semua diukur pakai uang, kalau Pilbup uang, Pilgub uang, pilihan DPR uang, pilihan apa-apa uang, semua uang, ya saya kira kehancuran akan datang. Pasti korupsi merajalela, tidak mungkin akan berdaulat banget. Kalau semua diukur sama uang, milih juga karena uang, ya sudah jadi itu," kata dia.
Meski begitu, kehilangan kader seperti ini dianggap Zulkifli sebagai sebuah risiko dalam hajatan politik.
"Ya itu risiko tarung bebas. Kalau Pancasila itu musyawarah perwakilan, ini tarung bebas. Ini lebih liberal dari asalnya sana. Ya ini risikonya. Tentu nanti buahnya kalau tidak ditata, tidak diatur, betapapun kerasnya KPK, akhirnya ya tetep akan semakin banyak yang kena OTT," ujar Ketua MPR ini.
Baca Juga : Lucky Hakim Adalah Definisi Politikus Pragmatis Versi PAN
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PAN, Saleh Partaonan Daulay bahkan menuding Lucky sebagai seorang pembohong karena tak mengakui adanya mahar tersebut.
Saleh bahkan menyayangkan sikap Lucky yang menjelek-jelekan PAN yang merupakan partai pertama mantan aktor tersebut. Tak tanggung-tanggung, Saleh juga menyebut bahwa Lucky adalah politisi pragmatis yang cari untung sendiri.
"Kami membaca bahwa Lucky itu orangnya sangat pragmatis. Mana yang cepat dapat duit, dia ke situ. Malah mencoba mencari argumen menjelekkan partai yang pernah menampung dan memuluskannya menjadi anggota DPR ketika itu," ucap Saleh.
Menurut Saleh, semestinya Lucky bersyukur telah berada di PAN selama ini. Lantaran, partai berlambang matahari tersebut telah membesarkan namanya dan membuat nilainya sebagai seorang politikus meningkat.
"Jujur saja, adanya nilai transfer yang besar itu, justru karena dia sudah pernah menjadi anggota DPR. Kalau belum pernah duduk, saya yakin angka yang ditawarkan tidak sebesar itu. Jadi, PAN telah membuat dia berharga. Karena itu, semestinya dia berterima kasih, bukan sebaliknya," jelasnya.