PDIP Titip Amanat Bung Karno kepada Caleg Artis

| 30 Jul 2018 17:37
PDIP Titip Amanat Bung Karno kepada Caleg Artis
Pembekalan Bacaleg Artis Nusantara di kantor DPP PDI Perjuangan (TsaTsa/era.id)
Jakarta, era.id - PDI Perjuangan melakukan pembekalan terhadap caleg artis yang mereka usung di Pileg 2019. Hal ini dilakukan karena mereka sadar, cita-cita Bung Karno mewujudkan Indonesia dengan kepribadian budaya dapat diwujudkan melalui tangan para caleg artis ini.

"Bung Karno mengatakan, Indonesia berkepribadian dalam kebudayaan yakni kebudayaan kita. Bukan kebudayaan Amerika, kebudayaan Eropa, kebudayaan India, kebudayaan Arab, kebudayaan Cina tapi Indonesia sebagai taman sarinya kebudayaan besar dunia yang dibumikan dalam kepribadian bangsa Indonesia," kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam Pembekalan Bacaleg Artis Nusantara di kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).

Dalam acara pembekalan tersebut tampak belasan artis yang jadi bacaleg dari PDI Perjuangan. Mereka adalah Rano Karno, Tina Toon, Andre Hehanusa, Harvey Malaiholo, Jeffry Waworuntu, Angel Karamoy, Ian Kasela, Krisdayanti, Chica Koeswoyo, Sarry Koeswoyo, Lita Zen, dan Kirana Larasati.

Hasto menyebut, kaderisasi PDIP termasuk kepada bacaleg artis dilakukan untuk membangun watak dan kesadaran akan kebudayaan Indonesia.

"Makanya jalan kaderasi akan membuka kesadaran bahwa kita menghormati dan mengekspresikan rasa cinta Tanah Air," tegas Hasto.

Dalam kegiatan itu, Hasto sempat bercerita tentang sejarah kaderasi partai PDI Perjuangan. Dia mengatakan, kaderisasi baru dapat dilaksanakan PDI Perjuangan pasca-reformasi setelah selama 32 tahun rezim orde baru memecah belah persatuan partai berlambang banteng ini.

"Maka ketika Ibu Mega bergabung dengan PDI pada 1986 dan 1987 ikut pemilu lalu terpilih sebagai anggota DPR. Beliau ke daerah-daerah dan berjuang agar tenggorokan rakyat yang tersumbat bisa bersuara lagi," ungkap Hasto disambut tepuk tangan para peserta.

Tak melulu bicara soal kaderisasi, Hasto juga membahas tentang bumbu nusantara yang jadi salah satu kekayaan budaya bangsa. Kekayaan cita rasa Indonesia ini bahkan pernah ditulis oleh Bung Karno dengan judul ‘Mustika Rasa’ pada 1967.

"Dibahas apa yang namanya garam, merica, kemudian daun pandan, cengkeh, jeruk purut, lada putih, kunyit, lada hitam. Itu bumbu-bumbuan kita yang luar biasa," jelas Hasto.

"Tak ada negara manapun sekaya kita dalam hal aneka cita rada bumbu-bumbu. Bung Karno mengatakan, makanan Indonesia ini bercita rasa surga, bayangkan," imbuhnya.

Kekayaan cita rasa nusantara inilah, menurut Hasto, yang kemudian disajikan lewat makanan-makanan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. 

"Ada soto, bajigur, ubi kayu. Itu menu utama kita. Sekarang kita meninggalkan itu. Jadi nanti kalau kampanye, buatlah apotek hidup. Kita minum jamu, tauco, tempe, tahu, buntil, oncom," kata Hasto disambut riuh para artis.

Hasto menjelaskan, ada pesan ideologis di balik upaya Bung Karno memopulerkan bumbu nusantara tersebut. "Dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan impor," ujar Hasto mengutip pesan sang proklamator.

"Bung Karno, itu kesukaannya sayur lodeh. Nah ini kita populerkan kembali," kata Hasto, kembali disambut riuh tepuk tangan.

Selanjutnya, PDI Perjuangan juga akan melakukan pembekalan terhadap bacaleg untuk kelompok purnawirawan TNI dan Polri, ilmuwan dan akademisi, serta kelompok tokoh-tokoh agama. Kemudian, jika seluruh persyaratan terpenuhi maka akan diadakan sekolah partai.

Baca Juga : Prabowo-SBY Segera Bahas Cawapres

Rekomendasi