Strategi Melawan Hoaks dari Koalisi Pendukung Jokowi

| 01 Aug 2018 18:26
Strategi Melawan Hoaks dari Koalisi Pendukung Jokowi
(Foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - "Hati-hati (bla bla bla).... Ternyata (bla bla bla)... Sebarkanlah (bla bla bla)...." Kata-kata ini adalah penggalan yang ditemui pada pesan bersambung aplikasi berbincang. 

Terkadang, pesan itu disisipi video yang durasinya lima menitan atau lebih. Biar apa? Biar pesan tadi lebih bisa diterima dan dipercaya.

Tapi kenyataannya, banyak pesan yang tidak sesuai antara isi dan videonya. Inilah yang dinamakan berita palsu atau hoaks.

Baca Juga : Hoaks Makin Meningkat Jelang Pilpres

Pada Pilkada 2017 dan 2018, pesan seperti ini banyak beredar. Nah, buat mengantisipasi sekaligus menghadapi berita palsu saat Pemilu Presiden 2019, ada pendekatan khusus yang bakal dilakukan Joko Widodo, sebagai salah satu bakal calon presiden yang bakal bertarung.

Jokowi membentuk tim khusus, yang terdiri dari ratusan ribu calon anggota legislatif (caleg), yang juga bakal jadi juru kampanye Joko Widodo di daerah.

Mereka ini akan dibekali dengan data capaian pemerintah. Tujuan pembekalan data kepada para jurkam ini juga untuk memenangkan Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Data tadi buat melawan hoaks yang menyerang jalannya pemerintahan Jokowi periode 2014-2019.

"Untuk menghindari supaya jangan sampai pemilu kita ditandai dengan berita hoaks, maka akan dihadapi dengan 'counter' isu yang rasional dari data dan fakta. Kami bicara dalam kampanye, terkait dengan fakta," kata Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate dilansir dari Antara, Selasa (31/7/2018).

Baca Juga : Cara Kerja Media Sosial dalam Penyebaran Hoaks

Dia menambahkan, para caleg yang akan menjadi jurkam tersebut dibekali dengan sosialisasi program-program pemerintah dan capaiannya kabinet kerja, termasuk mengenai angka kemiskinan berdasarkan data Balai Pusat Statistik (BPS).

Nantinya, mereka juga akan menjaga proses demokrasi pada Pemilu 2019, mulai dari penjagaan tempat pemungutan suara (TPS) agar berjalan dengan baik agar kemenangan Jokowi bisa jadi lebih mudah.

"Yang kedua soal saksi, gabungan saksi parpol koalisi untuk pilpres juga ada banyak. Kalau ada 850 ribu TPS (tempat pemungutan suara), satu partai dua orang saksi per TPS, per partai sudah 1,7 juta, dikali 9 partai. Jadi hal-hal teknis seperti itu dibicarakan, bagaimana menjaga agar kualitas demokrasi kita, kualitas pemilu kita menjadi lebih baik," katanya.

Pernyataan Johnny ini keluar setelah sembilan sekjen partai politik pendukung Jokowi bertemu di Bogor. Pertemuan ini memang khusus untuk membahas strategi pemenangan Jokowi untuk Pemilu 2019.

Di tempat yang sama, Sekjen PPP Arsul Sani mengatakan, akan ada tim khusus yang menggodok program Jokowi untuk ditawarkan ke masyarakat saat kampanye. Sehingga, pesan yang disampaikan kepada rakyat adalah yang benar, dan bukan hoaks.

Baca Juga : Bergaya Kasual, Jokowi Mau Saingan Sama Agus Yudhoyono?

Tim itu akan menyerap aspirasi masyarakat dan mengkonkretkannya dalam sebuah program untuk ditawarkan kembali kepada masyarakat sekitar. 

"Tim ahli kan justru kan dari luar, nanti setelah mereka selesai dengan program, sebut saja Nawacita jilid dua, kemudian diberikan ke parpol. Ketua timnya belum kita tentukan, itu nanti Pak Jokowi dan ketua umum parpol," tambah Arsul.

Biar kalian ingat lagi, hoaks bukanlah sesuatu yang asing bagi Jokowi. Pada Pemilu 2014 lalu, kader PDIP ini mendapatkan serangan hoaks yang membabi buta. 

Salah satu yang paling diingat adalah ketika koran Obor Rakyat yang mengeluarkan konten kalau Jokowi berasal dari keluarga Partai Komunis Indonesia (PKI). Isu ini pun sama sekali tidak benar dan terbantahkan.

Rekomendasi