Akankah Prabowo Memilih Sandiaga Uno sebagai Cawapres?

| 09 Aug 2018 08:22
Akankah Prabowo Memilih Sandiaga Uno sebagai Cawapres?
Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno saat ber-selfie di depan makam MH Thamrin (era.id)
Jakarta, era.id - Rabu (8/8/2018) malam, kondisi politik nasional bergejolak. Padahal, percaturan politik sedang tenang-tenangnya, meski tinggal dua hari sebelum batas akhir pendaftaran Pemilu Presiden 2018.

Yang membuat kondisi bergejolak adalah politikus Partai Demokrat Andi Arief yang berkicau di Twitter. Dia bilang, Prabowo Subianto adalah 'Jenderal Kardus'. 

 

Istilah itu merujuk kepada sikap Prabowo yang menerima Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjadi calon wakil presidennya karena membeli PKS dan PAN, masing-masing Rp500 miliar.

Tapi, pernyataan ini buru-buru dibantah banyak pihak, termasuk, Partai Gerindra, PKS dan PAN. 

 

Padahal, selama ini, koalisi pendukung Prabowo, yang terdiri dari Partai Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat sedang menimbang-nimbang cawapres untuk Prabowo. 

Sebelum nama Sandiaga muncul, ada tiga nama yang dianggap layak sebagai cawapres Prabowo, yaitu Ustaz Abdul Somad (ulama), Salim Segaf Al Jufri (PKS), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Partai Demokrat).

Lalu, apakah Prabowo akan tetap memilih Sandiaga? 

Sesungguhnya, hak memilih cawapres ada di tangan Prabowo sebagai calon presiden. Itu pun sudah ditegaskan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang setuju nama cawapres diserahkan kepada Prabowo. Namun, PKS dan PAN, belum sepakat untuk masalah ini.

Menurut pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing, bila Prabowo memilih Sandiaga, tentu akan menimbulkan pertanyaan. Apalagi, keduanya merupakan kader Partai Gerindra.

"Jadinya Sandi atau tidak, itu hak dengan Prabowo. Kalau dia dipasangkan dengan Sandi, kan mereka sama-sama Gerindra, tentu mereka butuh dukungan partai lain. Minimal satu partai atau dua. Kalau sudah berpasang begitu tentu terjadi di situ ada kompromi politik," kata Emrus dihubungi era.id, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Baca Juga : Politikus Demokrat: Sandiaga 'Beli' PKS dan PAN untuk Prabowo

Lalu apa kompromi politik itu? Emrus menduga ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah power sharing di kabinet ketika Prabowo menang atau bentuk lain yang bisa digunakan untuk operasional selama pelaksanaan Pemilu 2019.

"Karena capres-cawapresnya dari Gerindra, tentu partai yang lain akan juga melakukan bergaining position. Karena baik berkoalisi atau bergabung tentu karena kepentingan. Partai yang bergabung ke sana pasti meminta sesuatu yang memenuhi keinginan politik mereka, karena politik adalah kekuasaan, tidak mungkin mereka mendukung bila tidak ada kepentingan," kata Emrus. 

Nah, pagi ini, Kamis (9/8), Prabowo akan menemui SBY di kediamannya, daerah Kuningan, Jakarta. Pertemuan ini untuk membahas kelanjutan koalisi keduanya menghadapi Pemilu Presiden 2019, termasuk membahas soal istilah 'Jenderal Kardus' karena upaya Sandiaga 'membeli' PKS dan PAN untuk jadi cawapres Prabowo.

Baca Juga : Tudingan Rp500 M dari Sandi dan Potensi Melanggar UU Pemilu

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, ada komunikasi yang terputus antara Partai Demokrat dan Partai Gerindra.  Menurut dia komunikasi yang terputus itu menyebabkan adanya pemahaman yang lompat dalam proses koalisi sehingga terjadi distorsi informasi. Ini yang menurutnya akan diluruskan dalam pertemuan dua ketua umum tadi.

"Inilah kira-kira yang akan didiskusikan Prabowo dengan SBY, supaya kelanjutan koalisi ini bisa berhasil. Karena Kamis malam kita tunggu wakil presidennya Prabowo akan segera kita umumkan," katanya.

Sesungguhnya, Partai Gerindra sempat diisukan kehabisan logistik atau uang sebelum pelaksanaan Pemilu ini. Apalagi, partai ini sempat mengadakan penggalangan dana secara umum untuk pencapresan Prabowo. Namun, isu kehabisan logistik ini dibantah Gerindra.

Baca Juga : Mari Kita Cek Seberapa Tajir Sandiaga Uno

Nah, Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno ternyata bisa jadi penyegar untuk masalah ini.  Sebab, kalau dilihat dari LHKPN KPK, ternyata Sandiaga memiliki banyak harta.

Dilihat era.id di laman https://acch.kpk.go.id/pengumuman-lhkpn/, Sandi punya harta mencapai Rp3.721.379.813.530 dan 10.347.381 dolar AS. Kemungkinan jumlah ini bisa bertambah karena laporan LHKPN ini dilaksanakan pada 29 September 2016, saat akan maju sebagai cawagub DKI Jakarta.    

Kala itu, Sandi melaporkan punya delapan unit tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Selatan, dua tanah di wilayah Tangerang, bangunan di Singapura. Lalu, bangunan di Amerika Serikat khususnya wilayah Washington D.C dengan total nilai sebesar Rp113.516.301.444.

Sementara, untuk kendaraan bergerak seperti mobil, Sandi punya Nissan Grand Livina tahun 2013 dan Nissan X-Trail tahun 2015 dengan total nilai Rp375.000.000. Kemudian harta bergerak lainnya, ia punya logam mulia, barang seni dan antik, serta benda bergerak lainnya dengan total nilai mencapai Rp3.200.000.000.

Dia juga punya surat berharga lainnya senilai Rp3.721.379.813.530 dan 1.287.801 dolar AS. Tak hanya itu, ia juga punya giro setara kas Rp12.899.258.838 dan USD30.247.421.

Selain itu, tercatat juga dia memilik piutang sebesar Rp13.834.597.000 dan 2.465.841 dolar AS. Sementara hutang dalam bentuk pinjaman uang tercatat dalam laporan itu mencapai Rp8.441.678.156 dan 23.653.682 dolar.

Kalau sudah begini, mari kita nantikan, apakah Prabowo memilih Sandi untuk jadi cawapresnya?

Rekomendasi