Pengamat: Ma'ruf dan Sandiaga Bukan Hasil Strategi Politik

| 11 Aug 2018 14:03
Pengamat: Ma'ruf dan Sandiaga Bukan Hasil Strategi Politik
Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda. (Diah/era.id)
Jakarta, era.id - Pemilihan sosok cawapres di koalisi Joko Widodo maupun Prabowo Subianto untuk Pemilu Presiden 2019 diputuskan di akhir waktu pendaftaran. Beberapa pihak mengira bahwa keputusan last minute tersebut adalah strategi politik kedua kubu. Apa benar begitu?

Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda bilang, anggapan tersebut salah. Kata dia, pemilihan Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno sebagai cawapres merupakan negosiasi jalan tengah di antara partai dalam koalisi masing-masing.

"Kalau kita amati, tidak ada yang spesifik menyiapkan publikasi cawapres, baik Sandi maupun Ma'ruf Amin.

Ini bukan strategi, tapi ini adalah negosiasi jalan tengah atau titik temu yang diambil parpol," sebut Hanta di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).

Melihat kasus Jokowi yang memilih Ma'ruf Amin, hanta menilai bahwa Ma'ruf lebih memiliki keberterimaan dari partai, ketimbang Mahfud MD yang digadang-gadangkan sebelumnya. "Itu karena problem akseptabilitas partai, terutama akseptabilitas di PKB. Ditambah, kalau tidak diakomodir, Cak Imin punya salah satu opsi membentuk poros ketiga," tutur Hanta.

"Ini kepentingan jokowi menghindari pembentukan poros ketiga. Ini juga kepentingan PKB. Jadi, bukan strategi. Ma'ruf Amin adalah hasil negosiaisi di detik terakhir," lanjut dia.

Begitu juga dengan pemilihan Sandiaga, yang sebelumnya tidak muncul pada bursa cawapres Prabowo. Nama Agus Harimurti Yudhoyono yang disodorkan Partai Demokrat pun kurang diterima oleh partai koalisi, terutama PKS.

"PKS dan PAN memilih sebaiknya tidak nonpartai kalau bukan nama yang mereka sodorkan. Muncul titik tengah di mana yang harus diambil. Akhirnya prabowo mengkombinasikan faktor mesin politik yang dimiliki PKS agar tetap di dalam. Kemudian faktor logistik yang diperlukan, maka titik tengahnya ada di Sandiaga Uno," pungkasnya.

Rekomendasi