Tagar #2019GantiPresiden Dijadikan Buku

| 21 Aug 2018 14:53
Tagar #2019GantiPresiden Dijadikan Buku
Politikus PKS Mardani Ali Sera didampingi cawapres Sandaiga Uno dalam acara peluncuran buku #2019GantiPresiden. (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Tanda pagar (tagar) atau hashtag #2019GantiPresiden tak hanya sekedar tagar, melainkan gerakan yang dilakukan masyarakat di sosial media untuk mendukung siapapun calon presiden selain Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

Politikus PKS Mardani Ali Sera berhasil menuangkan pikirannya menjadi sebuah buku dengan judul Catatan Inisator Gerakan #2019GantiPresiden.

Mardani menceritakan, gerakan ini awalnya berasal dari semangat membangun masyarakat agar lebih berani bersuara. Tapi, kenyataannya, gerakan ini masif dan malah mengakar hingga ke plosok-plosok daerah bahkan sampai ke luar negeri.

"Catatan gerakan #2019GantiPresiden itu, kemudian tulisan ini menjadi buku dengan judul 'Catatan Sang Inisiator Gerakan #2019GantiPresiden'. Tertulis lengkap bagaimana ide dan narasi membangun gerakan ini sampai diterima luas oleh masyarakat," katanya, di acara launcing Buku #2019GantiPresiden, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/8/2018).

Dia pun mengklaim gerakan #2019GantiPresiden ini merupakan gerakan yang legal, sah dan konstitusional sesuai UUD 1945.

"Gerakan 2019 ganti Presiden merupakan social movement bukan LSM. Kita ingin membuat masyarakat kita berani. Karena kita ini dijajah oleh VOC selama 365 tahun karena kita tidak berani. Kita ingin mengajak publik berani," terangnya.

Di samping itu, Mardani menyakini, gerakan ini akan tetap ada setelah Pemilu 2019 selesai. Meski dia mengakui gerakan ini terafiliasi dengan pasangan Prabowo-Sandiaga, sebab yang diinginkan memang calon presiden baru bukan Jokowi.

"Bahwa kedepannya gerakan ini akan jalan. Karena ada proses pak Jokowi-Ma'ruf, Prabowo-Sandi. Kita dukung Prabowo dan Sandi. Temen-teman ada penguatan social movement. Gerakan ini luar biasa. Biasanya Politik tidak memiliki keterikatan dengan publik. Baju laku, pin laku, buku laku. Publik mulai ada partisipasi," terangnya.

"Dulu baju partai males nerima. Sekarang baju ganti presiden mau Bali. Di Sydney banyak yang minta," tutupnya.

Rekomendasi