Sutopo memang sedang berjuang melawan kanker. Dia divonis dokter mengidap kanker paru-paru stadium IV sejak pertengahan Januari 2018 lalu. Padahal hidup sehat dia jalani selama ini, termasuk tak menghisap rokok.
Toh penyakit itu tidak membuat Sutopo berdiam diri. Pulang dari rumah sakit, Sutopo memilih menggelar konferensi pers penanganan gempa Lombok.
"Pulang dari rumah sakit langsung gelar konfrensi pers penanganan gempa Lombok. Meski kaki gemetar, mual, pusing dan mau muntah dari efek kemoterapi. Tapi berusaha tetap tegar daripada pingsan di depan wartawan dan disiarkan live TV," tulis Sutopo di akun Twitter bercentang biru miliknya sambil menambah emoji tangisan kebahagian.
Baca juga: Sekolah di Bali Tampung Anak Korban Gempa Lombok
Baca juga: Kenapa Gempa Lombok Tak Jadi Bencana Nasional?
Perkembangan gempa Lombok
Sutopo bilang, warga Lombok saat ini sangat membutuhkan tenda. Gempa yang terus berulang sudah bikin masyarakat di sana trauma tinggal di rumah. Mereka jauh merasa lebih nyaman berada di tenda.
"Proses-proses terjadinya gempa susulan otomatis mengakibatkan masyarakat di Lombok trauma. Banyak warga yang memilih pada malam hari di tenda-tenda," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta Timur.
Bahkan, meski rumah yang mereka tempati tidak rusak parah, warga emoh tinggal dan tidur di sana. Ini yang bikin kebutuhan tenda meningkat pesat di NTB.
Terhitung sejak gempa 29 Juli lalu hingga 19 Agustus kemarin, 515 orang meninggal dunia. Jumlah orang luka sebanyak 7.145, 431.416 orang mengungsi, 73.843 rumah rusak dan 798 unit fasum fasos rusak. Diperkirakan kerugian dan kerusakan mencapai Rp7 triliun lebih.