Iklan itu sendiri dibuat oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Supaya kamu tahu, kementerian ini memang bertugas sebagai humas pemerintah. Mereka wajib --sesuai amanat Undang-Undang (UU)-- untuk menyampaikan hasil-hasil pembangunan, baik yang sudah selesai, masih dalam proses, atau belum selesai.
"Itu bukan iklan politik, itu hanya menyampaikan," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, Jakarta, Senin (17/9/2018).
Salah besar kalau iklan itu dianggap cuma tayang di bioskop. Kamu juga bisa menemukan iklan serupa di platform lainnya seperti televisi. Dan itu sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Rudiantara memastikan tidak ada unsur-unsur kampanye seperti menyampaikan visi, misi dan ajakan untuk memilih calon tertentu di iklan itu.
"Masyarakat harus tahu apa yang dilakukan pemerintah, itu kan memakai APBN, pajak dan yang lainnya. Itu harus disampaikan pada publik," sambung Rusdiantara.
Tanda tagar Indonesia Maju yang muncul di iklan sebelum film bioskop dimulai juga sudah ada sejak April lalu. Iklan pencapaian program pemerintah ini bukan hanya tentang bendungan, namun, juga untuk infrastruktur tol, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar.
Keuntungan iklan di bioskop
Kalau Prabowo-Sandiaga mau, sebenarnya juga bisa beriklan di bioskop. Biar tim kampanyenya tidak capai riset, kami berikan berapa harga untuk bisa memasang iklan di bioskop. Dilansir dari situs resmi Cinema 21, harga penayangan beriklan di bioskop Plaza Indonesia XXI berkisar Rp114 juta. Kalau di Margo Platinum XXI, harganya Rp33 juta. Beda lokasi, jelas beda harga.
Cinema 21 menjelaskan keuntungan yang didapat klien mereka kalau beriklan di bioskop. Pemasangan iklan premium akan mendapat posisi putar tepat sebelum film utama diputar. Jadi perhatian target market akan fokus ke layar lebar yang ada di depan mereka. Jadi pesan dari iklan tepat sasaran dan dapat dicerna dengan baik.
Bioskop-bioskop jelas punya tata audio yang mumpuni. Jadi, iklan itu dipastikan akan menarik perhatian karena bisa dipahami dengan sangat baik melalui indera pendengaran penonton.
Sekali lagi, artikel ini bukanlah iklan. Meski kalau kelak bisa jadi iklan, kami menerimanya dengan senang hati.