Jakarta, era.id - Dua lelaki berkelahi. Di sekelilingnya, ada kerumunan binatang raksasa yang menonton sambil terus memprovokasi. Aneh? Tenang, ini adalah potongan cerita dari sebuah komik.
Buat generasi 70-90an, gambaran tersebut barangkali terasa familiar. Kamu tidak salah, karena itu salah satu isi komik Siksa Neraka karya MB Rahimsyah AR dan dilukis Ema Wardana.
"Ayo terus berkelahi, seperti kalian mengadu binatang sewaktu hidup kalian di dunia dulu itu!" kata seekor ular raksasa yang berada di antara kerumunan.
Sepenggal cerita yang kamu baca tadi itu soal dua manusia yang semasa hidupnya punya hobi mengadu dan menyiksa binatang. Ketika mereka mati, itulah karma buruk harus diterima di ruang pembalasan paling panas: neraka. Narasi pertama dari cerita kedua petarung itu dibuka dengan gambaran kematian, ketika roh manusia dicabut dari tubuhnya dan diangkat ke langit, menuju pembalasan.
Narasi soal dua petarung yang disiksa kerumunan binatang di neraka itu bukan satu-satunya plot fiktif yang diangkat. Sejak tahun 70 hingga 90-an, Pustaka Agung Harapan telah menerbitkan puluhan judul dengan tema serupa, soal karma buruk, bagaimana pendosa harus menyucikan diri mereka di rendaman cairan nanah mendidih atau membersihkan noda dosa dengan sikat yang menguliti seluruh kulit hingga tulang mereka.
Meski fiktif, seri komik Siksa Neraka tetap mengangkat sejumlah nilai dan penafsiran terkait ajaran agama Islam. Soal neraka yang berlapis-lapis, misalnya. Dalam komik ini, digambarkan jelas bagaimana orang jahat dilempar ke Neraka Jahanam. Mereka yang setengah durjana di tempatkan di neraka-neraka lain yang berada di lapisan lebih tinggi: Neraka Sa'ir di atas Jahanam, hingga Neraka Hawiyah bagi mereka yang membawa dosa-dosa ringan.
Tiap tingkatan neraka, digambarkan berbagai siksaan untuk para pendosa, mulai dari diintimidasi berbagai makhluk menyeramkan --sebagaimana dijelaskan di awal-- hingga manusia yang badannya digilas setrika, kupingnya ditembus besi panas, hingga orang-orang yang dipaksa minum air dari telaga berisi darah dan nanah. Tidak ketinggalan soal tubuh yang terbakar api.
Kepopuleran komik Siksa Neraka bertahan cukup lama. Dari tahun 70-an, Siksa Neraka ada di dalam tas sekolah anak-anak belasan tahun. Masa itu adalah waktu ketika mengaji bukan satu-satunya cara menata akhlak anak-anak. Suka atau tidak suka, komik Siksa Neraka bisa membawa anak-anak hari itu ke jalur agama.
Apa kabar tayangan hari ini?
Sayang, komik legendaris itu punah. Akhir 90-an, komik ini jadi langka. Setelah komik Siksa Neraka, Majalah Hidayah sempat menggantikan perannya sebagai peringatan agar manusia-manusia tetap hidup dalam kaidah-kaidah keagamaan.
Hidayah kala itu amat digandrungi. Sampai akhirnya sejumlah stasiun televisi mengadaptasi kisah-kisah bertema azab --sebagaimana ciri khas kisah Hidayah-- ke layar televisi. Pada tahun 2004, perjalanan tayangan televisi yang berpusat pada kisah-kisah fiktif berbumbu religi dan azab dimulai, sebelum melejit di tahun 2005 hingga 2007.
Cover Majalah Hidayah (Sumber: Tokopedia)
FTV bertema azab diawali dari kemunculan FTV berjudul Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi yang tayang di TPI, yang Kemudian diikuti kemunculan judul lain seperti Astaghfirullah, Kuasa Ilahi, Pintu Hidayah, Misteri Ilahi, hingga sejumlah judul lain yang muncul hari ini: Dzolim di MNC TV, hingga Azab di Indosiar.
Sayang, saat ini produksi tayangan sejenis terasa dilakukan dengan sembarang. Orientasi profit yang memaksa ketatnya jam tayang jadi biang kerok buruknya kualitas tayangan FTV bertema azab di masa ini. Alih-alih menyampaikan pesan moral, FTV bertema azab malah jadi olok-olok generasi masa kini.
Nining, seorang ibu yang juga mengajar di salah satu sekolah negeri di bilangan Tebet, Jakarta mengaku sebagai penonton tayangan ini. Hampir setiap sore, Nining menyaksikan FTV Azab yang ditayangkan di Indosiar. Meski telah mengikuti berbagai judul FTV ini, Nining enggak merasa hidupnya terpengaruh oleh tayangan ini. Lalu, apa alasan Nining memelototi televisi? Entahlah, sebab ia pun hanya menjawab "enggak tahu," seraya tertawa dan mengakhiri obrolan singkat dengan kami.
Kuntoro, seorang karyawan swasta mengungkap pandangan lebih menampar soal tayangan FTV bertema azab-azaban ini. Dia bilang, FTV azab-azaban yang tayang di televisi saat ini jauh dari penanaman nilai moral dan enggak lebih dari lelucon belaka. Ya, beralasan memang. Lihat saja meme dan parodi yang berseliweran di media sosial, betapa kocaknya judul-judul dan adegan-adegan FTV sejenis ini.
Ilustrasi dipersembakan oleh Mahesa ARK/era.id
Pandangan agama
Ustaz Syahroni Mardani, pengajar di Masjid Al Ittihad menyampaikan pandangan menarik yang bisa jadi pegangan penting dalam merespons fenomena kemunculan tayangan-tayangan FTV bertema Azab. Kata Pak Ustaz, Islam adalah agama yang menjunjung nilai-nilai kebaikan, termasuk dalam menyampaikan sebuah pesan.
Saat kami sambangi, pertanyaan Ustaz Syahroni cuma satu, kenapa ya tayangan ini enggak membalik logikanya? Kenapa harus menjual azab sebagai judul. Padahal, ketimbang mengangkat cerita soal derita mayat-mayat yang telah mati, bukankah lebih baik jika mengangkat cerita soal keberkahan dan kebaikan? Ketika kami paparkan sejumlah judul FTV azab-azaban, Ustaz Syahroni secara spontan mengubah judul-judul yang kami paparkan.
"Azab Mandor Bangunan Kejam Mati Terkubur Cor-coran dan Tertimpa Meteor, ia ganti menjadi "Berkah Bagi Mandor Baik Hati, Meninggal dalam Keadaan Jenazah yang Harum".
Atau judul lain: "Azab Istri Durhaka Mati Ditolak Bumi" yang ia ganti menjadi "Berkah Istri Saleha Meninggal dalam Senyum".
Pesan yang disampaikan Ustaz Syahroni jelas, Islam adalah agama yang mengedepankan kebaikan. Meski enggak menyebut tayangan itu wajib dilarang, Ustaz Syahroni bilang kepada kami, Islam sejatinya melarang ekspos terhadap aib-aib orang yang sudah meninggal, sekalipun aib yang diangkat adalah fiksi belaka.
"Artinya, aib itu memang enggak boleh diceritakan, harus dirahasiakan ... Yang benar (kejadian nyata) saja harus dirahasiakan, apalagi yang dibuat-buat (fiktif)," tuturnya.
<iframe src="https://www.facebook.com/plugins/video.php?href=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Feradotid%2Fvideos%2F2178250765754038%2F&show_text=0&width=560" width="560" height="315" style="border:none;overflow:hidden" scrolling="no" frameborder="0" allowTransparency="true" allowFullScreen="true"></iframe>