Dikutip dari laman resmi Basarnas, tanda Emergency Local Transmitter (ELT) pada pesawat tersebut tidak terpancar atau memancarkan sinyal destress (deteksi). Akibatnya jatuhnya pesawat tersebut tidak terpantau oleh Medium Earth Orbital Local User Terminal (MEOLUT) yang ada di Kantor Pusat Basarnas.
MEOLUT merupakan penerus sistem deteksi dini dari low earth orbit local user terminal (LEOLUT) milik Basarnas. Dari beberapa uji coba, sistem MEOLUT terbukti lebih cepat dan akurat dalam menentukan lokasi kecelakaan dan kondisi yang membahayakan jiwa manusia melalui signal marabahaya dari objek.
Sistem baru ini juga mempunyai cakupan wilayah deteksi yang lebih luas dari sistem terdahulu. Data yang berisi lokasi kecelakaan, negara asal beacon, pemilik beacon, dan informasi penting lainnya dapat segera diperoleh melalui sistem ini secara lebih cepat dan akurat. Data tersebut dijadikan acuan penyelenggaraan operasi SAR.
Basarnas memastikan, suar pesawat tersebut telah teregistrasi dan dinyatakan baik sampai Agustus 2019. Lokasi jatuhnya pesawat berada di sekitar koordinat 05.46.15 S - 107.07.16 E atau berjarak 34 NM dari Kantor SAR Jakarta, atau 25 NM dari Tanjung Priok, atau 11 NM dari Tanjung Karawang.
Lion Air JT-610 Soekarno-Hatta ke Pangkalpinang, jatuh pukul 06.20 WIB menuju Pangkalpinang. Setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.62". Pesawat membawa 178 penumpang, satu penumpang anak-anak dan dua penumpang bayi, termasuk tiga pramugari sedang pelatihan dan satu teknisi. Pesawat ini diproduksi 2018 dan baru dioperasikan Lion Air sejak 15 Agustus 2018 lalu.