Pendaki Gunung Cartenz Meninggal, Pemakaman Dilakukan di Bandung

| 05 Nov 2018 12:04
Pendaki Gunung Cartenz Meninggal, Pemakaman Dilakukan di Bandung
Ilustrasi pendakian gunung (Pixabay)
Jakarta, era.id- Suasana haru menyelimuti kediaman Andika Pratama Putra, pendaki yang meninggal di puncak Cartenz, Papua, pada Sabtu (3/11).

Saat itu Andika yang merupakan pemandu, melakukan pelatihan kepada enam orang pendaki asing berkewarganegaraan Rusia dan Azerbaijan sebelum pendakian ke puncak Cartenz. Namun nahas, saat latihan ia terkena reruntuhan batu dan meninggal dunia.

Jenazah dievakuasi dari base camp ke Timika, Provinsi Papua, dengan menggunakan helikopter milik Komala Air pada Minggu (4/11) pagi. 

Mengutip dari Antara, Senin (5/11/2018) jenazah tiba di Bandung pada Senin malam dan langsung dimakamkan pada pagi tadi sekitar pada pukul 07.30 WIB di pemakaman keluarga Jamaras di Cikadut, Kota Bandung.

Adik almarhum, Aulia Anindita menceritakan sosok Andika memang hobi mendaki gunung sejak dari bangku sekolah. Hobinya berlanjut dengan ikut dalam organisasi mahasiswa pecinta alam di Universitas Parahyangan.

Hobinya itu mampu mengantarkan Andika bekerja di salah satu perusahaan pendakian Indonesia Expedition. Menurut dia, almarhum sudah pergi ke Cartenz sebanyak tiga kali. Bahkan gunung yang ada di Papua ini merupakan gunung favoritnya.

"Pernah bilang, semua gunung yang pernah gue didatengin, Cartenz yang paling 'nyebelin' tapi begitu sampai di puncak, lu bakal jatuh cinta pada di gunung itu," katanya.

Tak hanya Cartenz, Andika juga sempat menjadi pemandu dalam program Seven Summit di Gunung Kilimanjaro.

Andika orang yang humoris

Di mata orang terdekat, Andika Pratama Putra, dikenal sebagai sosok yang humoris. Dia punya kemampuan untuk mencairkan suasana, jika menemukan kebuntuan.

"Beliau sosok yang memiliki rasa kepemimpinan tinggi serta sangat humoris mampu mencairkan suasana," ujar salah satu kerabat dekat Andika, Franciska Dimitri, saat melayat ke kediaman almarhum, Senin.

Franciska menceritakan, ia pernah dipandu oleh Andika saat menggelar pendakian tujuh gunung tertinggi dunia (Seven Summit) di Gunung Kilimanjaro, Afrika.

Sosok kepemimpinan Andika ditunjukan saat Franciska bersama kawan-kawan lainnya seolah sudah tak berdaya untuk bisa sampai ke puncak Gunung Kilimanjaro.

Andika terus menyemangati meski ia pun sama-sama kelelahan. Saat ketika akan sampai di puncak ia datang terlebih dahulu dan menyambut mereka.

"Ia berkata 'selamat kalian sampai (di puncak). Kalian berhak sampai di puncak ini (Kilimanjaro)'. Pembawaannya yang humoris, membuat perjalanan saat turun pun terasa tidak begitu lelah," kata dia.

Selain humoris, Andika juga dikenal sebagai sosok yang membawa ketenangan. Menurut Franciska, saat tim mengalami masalah, Andika selalu hadir sebagai obat penenang disaat yang lainnya panik.

Meninggalnya Andika merupakan kehilangan besar tak hanya bagi keluarga juga seluruh elemen pecinta alam di Indonesia.

Andika meninggal saat melakukan pelatihan bagi enam orang pendaki asing berkewarganegaraan Rusia dan Azerbaijan sejak 29 Oktober sebagai persiapan sebelum pendakian ke puncak Cartenz.

Namun nahas, saat latihan ia terkena reruntuhan batu dan meninggal dunia.

Jenazah Andika dievakuasi ke Timika pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIT menggunakan helikopter Komala Air dan diberangkatkan ke Bandung dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia.

Almarhum baru tiba ke Bandung sekitar pukul 24.00 WIB dan langsung dimakamkan pada Senin pada pukul 07.30 WIB di pemakaman keluarga Jamaras di Cikadut.

Rekomendasi