Ma'ruf Amin: Semoga Kita Diselamatkan dari Tsunami Fitnah

| 14 Nov 2018 21:40
Ma'ruf Amin: Semoga Kita Diselamatkan dari Tsunami Fitnah
Cawapres KH Ma'ruf Amin. (Tasha/era.id)
Jakarta, era.id - Cawapres nomor urut 01 Ma’ruf Amin mengisi ceramah dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di depan kediamannya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam ceramahnya itu, Ma’ruf berdoa agar masyarakat dijauhkan dari segala musibah, termasuk tsunami fitnah dan hoaks.

"Kita juga mohon kepada Allah SWT agar kita dijaga dan dipelihara dari berbagai musibah. Musibah yang sifatnya kerusakan, bencana banjir, gempa bumi, dan tsunami," kata Ma’ruf, Rabu (14/11/2018).

"Tsunami fitnah dan berbagai tsunami yang melanda kita. Mudah-mudahan kita diselamatkan oleh Allah SWT," imbuh Ketua nonaktif MUI ini.

Ia juga mencontohkan, bagaimana Nabi Muhammad SAW berjuang menyampaikan dakwah untuk mengubah masyarakat dari zaman jahiliyah (tak berbudi pekerti) menjadi masyarakat yang lebih baik. Mantan Rais Aam PBNU ini menyebut, perjuangan Nabi Muhammad sangat luar biasa.

Apalagi, perubahan itu dilakukan dalam waktu 23 tahun. Kemudian ia membandingkannya dengan keadaan masyarakat saat ini. "Kita bisa berpuluh-puluh tahun, tidak berubah. Namanya kurang pandai tidak seperti Rasulullah. Jadi umatnya rada susah," ungkapnya.

Ma’ruf kembali menyinggung soal bisu dan tuli yang sempat menjadi ramai karena dituding menyinggung para penyandang disabilitas. Menurut Ma’ruf, dirinya tak bermaksud menyinggung para difabel. “Bisu tuli budeg tapi bukan buta itu bukan buta matanya, tapi buta hati. Tidak mau melihat kebenaran dan juga tidak mau mendengarkan yang baik-baik,” ujar Ma’ruf.

Selain Ma’ruf Amin, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini juga sempat menyampaikan sambutan dalam acara Maulid Nabi tersebut.

Helmy mengaku pernah bertanya kepada seorang ulama kharismatik asal Jawa tengah, Habib Luthfi bin Yahya, terkait konflik perang saudara di timur tengah. Hal ini berbeda dengan Indonesia, meski ada kegaduhan namun tak ada kejadian perang saudara antar satu dengan yang lain dan justru hidup sejahtera.

"Jawaban Abah Lutfi sederhana tetapi masuk akal sekali dan menurut saya ini jawaban yang luar biasa. Beliau menyampaikan adalah kalau orang yang hidup ini mau menghormati para leluhur yang sudah wafat maka karomah dan berkah akan menebar menjadi negara yang aman, adil, makmur, dan sejahtera,” ujar Faisal.

“Tapi kalau hidup sudah meninggalkan, tidak merawat melupakan jejak para leluhurnya, tunggulah perpecahan, mohon maaf,” tutupnya.

Rekomendasi