"Bagi kita sudah basi (isu PKI). Tapi ada sembilan juta orang yang percaya, kata Pak Jokowi. Ini harus diklarifikasi. Harus dijernihkan positioning-nya. Enggak boleh dibiarkan. Keenakan mereka," kata Irma kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2018).
Irma menilai, isu keterlibatan Jokowi dengan partai terlarang di Indonesia ini merupakan pembunuhan karakter terhadap capres petahana tersebut. "Jelas pembunuhan karakter yang dilakukan oleh oknum orang yang menuduh Jokowi PKI kan pembunuhan karakter. Ini berbahaya, karena PKI kan partai terlarang. Ini enggak boleh main-main," ujarnya.
Politikus Partai NasDem ini juga menilai, pernyataan Jokowi soal akan mencari dan menabok penyebar isu PKI itu bukan suatu yang berlebihan. Sebab, pernyataan itu hanya sebagai bentuk kekesalan Jokowi karena diserang secara pribadi. Akan lain ceritanya, menurut Irma, jika yang diserang isu PKI adalah petinggi saat zaman orde baru masih berkuasa.
"Jaman Pak Jokowi masih mending saya tabok. Zaman Pak Soeharto hilang, bukan sekadar tabok. Jadi enggak boleh juga ngomong seperti itu. Untung loh cuma bicara tabok," ungkap Irma.
(Infografis/era.id)
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo kembali mengeluarkan pernyataan keras terkait isu hoaks dan berita bohong yang menyerang dirinya. Pernyataan ini dikeluarkannya saat dirinya membagikan sertifikat tanah di Lampung Tengah, Lampung.
"Di medsos, itu adalah DN Aidit pidato tahun 1955. Lah kok saya ada di bawahnya? Lahir saja belum, astagfirullah, lahir saja belum, tapi sudah dipasang. Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok, orangnya di mana, saya cari betul," ujar Jokowi, Jumat (23/11).
Ini merupakan pernyataan keras yang ketiga kalinya dan diungkapkan saat pembagian sertifikat tanah. Sebelumnya, Jokowi juga sempat mengeluarkan pernyataan keras pada kegiatan pembagian sertifikat tanah di dua tempat.
Saat pembagian sertifikat tanah di Tegal, Jawa Tengah, Presiden Jokowi sempat menyinggung soal 'politik genderuwo' dan ketika membagikan sertifikat tanah di Jakarta, ia juga sempat menyinggung soal 'politisi sontoloyo'.