Survei ini dilakukan dengan sampel 1.200 responden dan menggunakan teknik multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,9 persen yang digelar pada 4-16 November.
Hasilnya, Jokowi-Ma’ruf memiliki elektabilitas sebesar 47,7 persen sementara angka paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno 35,5 persen. Sedangkan yang belum memilih sebesar 16,8 persen.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun, meski unggul, namun ada beberapa tugas bagi Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019 ini, karena elektabilitasnya belum mencapai 50 persen.
"Masalah ekonomi dan kesejahteraan mendominasi benak publik sebesar 48,9 persen," kata Rico dalam rilis survei Melihat Elektabilitas Terbaru Capres-Cawapres 2019 di kawasan Cikini, Selasa (27/11/2018).
Selain itu, Rico menyebut, masih banyak masyarakat yang menilai kalau Jokowi kurang mampu dalam mengurus ekonomi. Tapi, banyak juga yang mengapresiasi keberhasilan Jokowi dalam pembangunan infrastruktur.
Sehingga, kata Rico, harusnya sebagai petahana, Jokowi harus mampu meyakinkan publik jika pemerintahannya mampu menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada termasuk soal perbaikan ekonomi.
"Jokowi harus meyakinkan publik bahwa kelebihan pemerintahannya yaitu pembangunan infrastruktur, akan mampu menurunkan harga, menyediakan lapangan pekerjaan, dan membawa perbaikan ekonomi," kata dia.
Median juga memaparkan alasan mengapa hasil survei itu menyebut Prabowo dalam posisi tertinggal dari Jokowi. Menurut Rico, alasan elektabilitas Prabowo berada di bawah karena presepsi masyarakat terhadap kompetensi Prabowo dalam memperbaiki keadaan ekonomi saat ini masih belum terbentuk. Selain itu Prabowo juga dinilai harus memperbaiki cara komunikasinya.
Dari hasil survei itu disebutkan, rakyat tak menyukai gaya komunikasi mantan Danjen Kopassus itu yang dianggap keras dan ambisius. Selain itu, isu Prabowo terkait pelanggaran HAM juga dinilai mempengaruhi elektabilitasnya.
"Prabowo juga sebaiknya memperbaiki gaya komunikasi politiknya agar presepsi pribadinya yang dianggap keras bisa dikurangi," papar Rico.