Kepada petugas lapas, mereka mengaku tak punya niatan untuk kabur. Mereka hanya ikut-ikutan teman-temannya yang memang punya niatan untuk melarikan diri.
"Tidak semuanya sebenarnya pengen lari. Dari 26 orang yang tertangkap, beberapa dari mereka mengaku ternyata tidak ingin lari, tapi diajak oleh teman-temannya," tutur Dirjen Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami, di Kantor Ditjen Pas, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018).
Sampai saat ini, dari 113 narapidana yang kabur, 26 di antaranya sudah ditangkap dan ditempatkan secara terpisah dari narapidana lainnya.
Sementara sisanya, sedang dalam pencarian. Polda Banda Aceh tengah bekerja sama dengan TNI, membantu petugas Lapas untuk melakukan pengejaran.
"Kami telah membentuk satgas yang bekerja sama antara pihak polisi dan TNI untuk melakukan pengejaran. Kapolda juga telah menetapkan DPO (daftar pencarian orang) kepada mereka," kata dia.
Baca Juga : Sebelum Kabur, Napi Lapas Aceh Siram Air Cabai ke Kalapas
Kerusuhan bermula pada Kamis (29/11) malam pukul 18.30, di mana sebanyak 300 warga binaan dari total 726 meminta agar Salat Magrib berjamaah di masjid. Namun, ada sejumlah narapidana yang memprovokasi untuk melarikan diri dari lapas.
"Kejadian diawali dengan cara narapidana membawa barbel untuk membobol kawat ornames depan klinik Lapas, kemudian narapidana lari kearah pintu akses P2U, namun karena pintu akses P2U terkunci, sehingga narapidana melewati aula dan ruang kerja Lapas," kata Sri.
Napi Kabur dari Kelas IIA Banda Aceh (Istimewa)
Selanjutnya, kata Sri, napi mendobrak besi teralis jendela ruang aula dengan barbel dan benda tumpul lainnya. Lalu, mereka menjebol pagar pemisah kantor utama yang menghadap keluar Lapas.
Petugas yang berjumlah 10 orang pun kewalahan. Apalagi, KPLP sempat disiram air diduga air cabai sehingga matanya pedih.
"Sampai akhirnya narapidana keluar melarikan diri," ucapnya.