Menanggapi itu, anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Romahurmuziy menyatakan pernyataan Prabowo di hadapan kadernya itu merupakan pengulangan penggunaan strategi Donald Trump saat maju sebagai calon presiden Amerika Serikat.
"Ini strategi yang dilakukan Prabowo-Sandi diadopsi dari strategi Donald Trump, saya istilahkan strategi ini semprotan kebohongan dan seorang membahasakanya firehouse of the falsehood," kata pria yang akrab disapa Rommy di kediaman Jusuf Kalla, Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (17/12) malam.
Ketua Umum PPP ini kemudian memaparkan ada empat ciri pola kampanye yang menerapkan strategi tersebut. Pertama, berita itu disebarkan melalui platform media sosial seperti Twitter dan Instagram. Rommy juga memaparkan penyebaran berita tersebut dilakukan secara berulang dan terus menerus dan sifat informasi yang disebarkan pun tidak sesuai fakta.
"Contoh misalnya, Prabowo mengatakan Indonesia akan bubar di tahun 2030, itukan diambil dari sebuah novel dan apa yang tadi disampaikan bangsa ini enggak boleh kalah karena kalau kalah akan bubar itu bagian dari political gimmick yang dilakukan," ungkap Rommy.
"Karena apa, ciri keempat strategi ini adalah bohong itu enggak masalah karena masyarakat yang akan diambil adalah first impression," imbuhnya.
Menurutnya, Prabowo sengaja menciptakan gimmick politik karena memancing reaksi pertama dari masyarakat terkait pernyataannya itu. Cara ini juga disebutnya hasil dari analisa psikoanalisis.
"Research terhadap penggunaan strategi ini dilakukan di Rusia untuk dilakukan propaganda berbasis pada analisis psikoanalisa. Masyarakat ternyata dari sekian banyak research tertujukan bahwa mereka lebih mudah menerima impresi pertama. Dan impresi pertama ini yang terus dilakukan oleh Pak Prabowo dan tim kampanyenya," jelas Rommy.
Perbanyak Istiqhfar
Rommy kemudian menyebut jika banyak masyarakat yang bisa saja terpengaruh dengan isu yang disampaikan oleh kubu paslon nomor urut 02. Dia mengambil contoh saat kunjungannya beberapa waktu yang lalu ke Madura. Kata Rommy, banyak yang percaya isu hoaks terkait Presiden Jokowi di sana.
"Saya baru pulang dari Madura semalem, dan bertemu dengan sejumlah ulama, kemudian saya jelaskan klarifikasi apa saja yang mereka terima selama ini. Ternyata apa yang mereka sampaikan kepada saya adalah hoaks," ungkap Rommy.
Dirinya memaparkan dalam pertemuannya dengan sejumlah ulama itu, ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan dan kebanyakan hoaks. Seperti misalnya apakah partai pendukung Jokowi penista agama dan tingkat keagamaan Prabowo lebih baik daripada Jokowi. Hal inilah yang kemudian perlu diluruskan oleh tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, menurut Rommy.
"Saya sampaikan bahwa faktanya adalah sebaliknya. Ini kemudian mereka istighfar. Jadi ini hal-hal yang saya kira perlu kita luruskan," tutupnya.