Ketika berbicara kepada stasiun berita Al-Hurra, seperti dinukil dari Antara, Sabtu (29/12), Ibrahim al-Assaf mengeluarkan komentar pertamanya mengenai masalah negaranya.
Raja Arab Saudi Salman melakukan perombakan terbatas Kabinet pada Kamis (27/12) dengan mengganti beberapa menteri. Al-Assaf diangkat sebagai menteri luar negeri, untuk menggantikan Adel Al-Jubeir--yang diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Luar Negeri.
Dekrit kerajaan tersebut juga menyerukan penataan kembali Dewan Urusan Keamanan dan Politik--di bawah kepemimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman--dan penataan kembali Dewan bagi Urusan Ekonomi dan Pembangunan.
Putra mahkota itu mempertahankan posisinya sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, demikian laporan kantor berita Anadolu.
Dekrit pada Kamis tersebut juga menyerukan pembentukan lembaga pertama pemerintah di Arab Saudi yang memusatkan perhatian pada eksplorasi yang akan dipimpin oleh Sultan bin Salman.
Khashoggi, kolumnis untuk The Washington Post, hilang setelah ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Isntabul, Turki, pada 2 Oktober.
Setelah mengeluarkan bermacam penjelasan yang bertolak belakang, Riyadh akhirnya mengakui Khahoggi dibunuh di dalam gedung misi diplomatik, dan menyatakan kegagalan menafsirkan operasi sebagai penyebabnya.
Assaf menegaskan restrukturisasi bukan dimotivasi oleh kasus Khashoggi, tetapi kebutuhan untuk membuat mesin pemerintah lebih efisien.
"Masalah Jamal Khashoggi ... benar-benar membuat kami sedih, kita semua," kata Assaf kepada AFP di kediamannya di Riyadh.
"Tapi secara keseluruhan, kita tidak akan mengalami krisis, kita akan mengalami transformasi," tambahnya, merujuk pada reformasi sosial dan ekonomi yang dipelopori oleh putra mahkota.