Kasus Khashoggi Bukan Cuma Urusan Arab-Turki

| 23 Oct 2018 11:28
Kasus Khashoggi Bukan Cuma Urusan Arab-Turki
Jamal Khashoggi (Instagram @Jkhashoggi)
Jakarta, era.id - Pengakuan Arab Saudi terhadap pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dianggap belum menyeluruh oleh berbagai negara. Spekulasi pun terus berkembang. Juru Bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin bahkan mengatakan, terbunuhnya Khashoggi bukan cuma urusan Turki dan Arab Saudi.

"Masalah itu bukan antara Turki dan Arab Saudi. Turki melakukan tindakan yang perlu untuk mengungkapkan peristiwa tersebut berdasarkan hukum nasional dan internasional," kata Kalin dalam satu taklimat di Ibu Kota Turki, Ankara. Dilansir dari Antara, Selasa (23/10/2010).

"Masalah itu menyoroti pembunuhan kejam," ia menambahkan, sebagaimana dilaporkan kantor berita Anadolu.

Kalin mengatakan Turki telah melakukan penyelidikan "yang sensitif dan menyeluruh" mengenai kasus Khashoggi, yang telah hilang sejak ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.

Setelah Arab Saudi membantah mengenai keberadaan Khashoggi, pada Sabtu (20/10), Riyadh menyatakan wartawan itu meninggal dalam perkelahian di dalam Konsulat.

Pada hari hilangnya Khashoggi, 15 lagi warga negara Arab Saudi --termasuk beberapa pejabat-- tiba di Istanbul dengan naik dua pesawat dan mengunjungi Konsulat tersebut saat ia berada di dalamnya, kata beberapa sumber polisi Turki. Semua orang yang diidentifikasi tersebut sejak itu telah meninggalkan Turki.

Satu tim gabungan Turki-Arab Saudi menyelesaikan penyelidikan mengenai kasus tersebut pada Kamis (18/10), setelah menggeledah kediaman konsul jenderal serta Konsulat Arab Saudi di Istanbul.

"Pendirian Presiden kami (Recep Tayyip Erdogan) sangat jelas sejak awal. Tak ada yang disembunyikan berkaitan dengan peristiwa ini," tambah Kalin.

Sebelumnya, Reuters memuat laporan mengenai kasus pembunuhan Khashoggi di konsulat jenderal Arab Saudi di Turki, mengutip sumber anonim dari intelijen hingga orang yang mengenal kerajaan.

Saud al-Qahtani, salah seorang pengawal senior Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), dicopot dari jabatannya karena menjadi salah seorang yang terlibat pembunuhan tersebut. Diperkirakan jumlah eksekutor kasus ini berjumlah 15 orang.

Laporan Reuters tersebut menyebutkan kehadiran Qahtani, yang selalu menemani Pangeran MbS, dalam kasus Khashoggi dari jarak jauh, secara virtual melalui panggilan di aplikasi Skype.

Khashoggi masuk ke konsulat di Istanbul sekitar jam 13.00 pada 2 Oktober lalu untuk mengurus sejumlah dokumen terkait rencana pernikahannya dengan Hatice Cengiz.

Menurut sumber dari lembaga keamanan Turki, Khashoggi segera disergap 15 intelijen Saudi, yang baru datang dua jam sebelumnya menggunakan jet pribadi.

Seorang sumber anonim dari Arab Saudi menyatakan Qahtani hadir di ruangan tersebut melalui Skype.

Dia melontarkan caci-maki pada Khashoggi, korban disebut membalas hinaan itu dengan caranya sendiri.

Qahtani, melalui sambungan Skype meminta orang-orang itu untuk menyelesaikan urusan dengan Khashoggi. "Bawakan kepala si anj*** itu," kata intelijen Turki menirukan perintah Qahtani.

Tidak dijelaskan apakah Qahtani menonton pembunuhan tersebut sampai selesai. Seorang sumber dari Arab Saudi menyebut operasi pembunuhan ini "ceroboh dan gagal".

Narasumber asal Arab tersebut dan intelijen Turki menyatakan rekaman audio di Skype kini berada di tangan Presiden Turki Erdogan, dia dikabarkan menolak menyerahkannya pada Amerika.

Seorang pejabat senior di Saudi yang memberi keterangan resmi tentang kejadian ini, bahwa Khashoggi terlibat perkelahian, menyatakan tidak mengetahui kabar Qahtani hadir melalui Skype. Saudi masih menyelidiki kasus ini.

Erdogan mengatakan dalam pidato mingguannya, dia akan memberikan informasi perkembangan penyelidikan Turki terhadap kasus ini pada Selasa waktu setempat.

Baca Juga : Ada Bukti Khashoggi Disiksa Sebelum Dibunuh

Rekomendasi