Menurut Kepala IGD RSHS Bandung Dodi Tavianto, rasa pegal yang dialami oleh Sunarti kemungkinan besar karena otot-ototnya lelah untuk menahan berat badan yang kian hari bertambah. Dodi memperkirakan Sunarti tidak mengetahui efek samping usai mengonsumsi obat penghilang rasa pegal yang dijual bebas itu.
"Dia, dari hasil analisa kita, sudah mengonsumsi obat-obatan untuk nyeri tulang itu ya, itu sejak enam bulan yang lalu," kata Dodi, Bandung, Senin, (4/2/2019).
Dodi menuturkan, sebenarnya obat-obatan penghilang rasa pegal tersebut, harusnya tidak boleh dijual bebas di pasaran dan harus berdasarkan resep dokter. Sebab, obat tersebut memiliki efek samping bertambahnya nafsu makan.
Dodi berharap, dengan dipindahkanya ruangan perawatan Sunarti dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke ruang rawat inap Fresia 2 RSHS, segala asupan makanan dapat terkontrol. Karena nantinya, kata Dodi, ahli gizi akan merancang menu khusus makanan yang akan dikonsumsi.
"Nanti masalah itu dilakukan di ruangan dikonsultasikan dengan ahli gizi. Menunya, karbohidrat, protein, lemak dan lain sebagainya ahli gizi yang menentukan setelah pasien di ruangan," tutur Dodi.
Pasien perempuan Sunarti yang mengalami kegemukan (obesitas) datang ke IGD RSHS tanggal 31 Januari 2019 pukul 20.42 WIB dengan keluhan sesak napas rujukan dari RSUD Karawang.
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memindahkan perawatan pasien perempuan Sunarti, yang mengalami kegemukan (obesitas) dari ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke ruang rawat inap Fresia 2. Pemindahan ruangan itu dilakukan, usai dilakukan perawatan selama satu hari di IGD pada hari Jumat (01/02/2019) pukul 18.00 WIB.