Pernyataan ini dilontarkan Erick menyusul adanya isu dari pihak kubu paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menyebut Jokowi panik karena selisih elektabilitas di antara kedua paslon makin mengecil.
Padahal berdasarkan hasil riset dari lembaga survei, selisih suara kedua pasangan berjumlah sekitar 20 persen dan hanya ada dua lembaga survei yang menyatakan selisihnya sudah berkurang, yaitu lembaga Media Survei Nasional (Median) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis).
"Intinya, kalau dikatakan Jokowi panik karena survei, jawabannya tidak," kata Erick melalui keterangan tertulisnya, Rabu (6/2/2019).
Pengusaha di bidang media itu bilang, yang disampaikan Jokowi sebenarnya adalah curahan hatinya. Sebab, isu yang beredar saat ini sebenarnya terbalik. Sebut saja, isu Jokowi melakukan kriminalisasi. Tak hanya itu, isu lain seperti antek asing dan PKI juga dianggap telah menzalimi capres nomor urut 01 itu.
"Jadi kalau sekarang beliau menjawab, itu lumrah. Sebab kalau tak menjawab, nanti fitnah itu dianggap benar. Anehnya, ketika beliau menjawab, dikatakan beliau panik dan ketakutan. Justru beliau sedang menyampaikan data dan fakta, yang selama ini diputarbalikkan," ungkapnya.
Erick mengaku tak khawatir kalau Jokowi dianggap menyerang. Sebab, apa yang dilakukan dia sesungguhnya adalah paparan fakta dan data yang ada soal pencapaian kinerjanya. Apalagi, sebagai Ketua TKN, dia merasa pemaparan hasil kerja pemerintahan Jokowi saat ini belum maksimal.
Dia berharap, dengan adanya pemaparan data dan fakta ini mampu meraup suara undecided voters atau pemilih yang belum menentukan suaranya. Mengingat, berdasarkan survei LSI angkanya mencapai 18 persen.
"Intinya menjelaskan ada manfaat jangka pendek dan ada jangka panjang. Sama seperti menanam pohon buah, kan tak ujug-ujug langsung berbuah. Ini yang bagaimana undecided voters perlu dijelaskan. Lalu selanjutnya bagaimana Pak Jokowi akan kembangkan sumber daya manusia kita," jelas dia.
Ke depan, mantan Ketua INASGOC ini secara tegas mengatakan pihaknya tak akan berhenti menyampaikan hal itu seperti yang dilakukan oleh Jokowi. Apalagi, jika masih ada data dan fakta yang terus diputarbalikan. Tak hanya itu, Erick mengaku siap menggunakan berbagai data untuk melawan isu yang terus diembuskan kubu lawannya.
"Kenapa pakai data? Contohnya begini. Paslon 02 menjanjikan gaji pegawai akan dinaikkan. Tapi di lain pihak, dia tak konsisten karena menurunkan pajak negara. Dari mana untuk membiayainya? Apakah nanti negara kita kayak Venezuela atau Yunani yang krisis? Yunani krisis karena pemasukan dan pengeluaran tak seimbang. Makanya bicara harus pakai data kan," tutupnya.