Senangnya Sunarti yang Segera Dioperasi 10 Dokter Spesialis

| 15 Feb 2019 16:31
Senangnya Sunarti yang Segera Dioperasi 10 Dokter Spesialis
Pasien obesitas Sunarti sedang diperiksa kondisi jantungnya di Gedung Cardiac Centre RS Hasan Sadikin, Bandung. (Arie Nugraha/era.id)
Bandung, era.id - Sebanyak 10 dokter spesialis Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung diturunkan untuk menangani operasi lambung Sunarti, pasien obesitas asal Karawang, Jawa Barat. Dokter spesialis itu terdiri dari dari bedah digestif, anestesi, penyakit dalam, metabolik, gastroentorologi serta dibantu perawat.

Menurut anggota tim dokter dari spesialis konsultan endokrin metabolik diabetes RSHS Bandung, Hikmat Permana, keputusan ditanganinya pasien perempuan yang awalnya mengalami keluhan sesak napas itu usai dilakukan rapat teknis medis pada hari ini. Hasilnya, operasi saluran lambung Sunarti dijadwalkan Senin (18/2).

"Untuk Sunarti sudah terjadwal. Operasi pada lambungnya sebagai upaya pengobatan menurunkan berat badan. Tindakan ini sangat tergantung dari hasil teropong lambung," kata Hikmat, Jumat (15/2/2019).

Hikmat menjelaskan, tindakan penurunan berat badan dengan tindakan operasi dapat berlangsung sukses, jika tidak terdapat kelainan yang akan mengganggu proses penyembuhan luka. Laporan awal kondisi berat badan bersadar timbangan medik yang selama ini diberitakan yaitu seberat 124 kilogram.

Namun, kata Hikmat, setelah dilakukan penimbangan ulang berat badan dengan menggunakan timbangan medis (bed scale) ternyata berat badan Sunarti 136 kilogram. Hikmat menyanggah, perbedaan hasil berat badan tersebut bukan diartikan sebagai kenaikan berat badan Sunarti.

"Tetapi alat yang digunakan berbeda. Secara kasat mata Ibu Sunarti sudah tampak mengurus dan aktifitas sudah tampak lebih bebas. Walau masih belum signifikan," ujar Hikmat.

Hikmat menjelaskan, asupan kalori untuk pasien yang datang ke instansi gawat darurat (IGD) RSHS pada hari Jumat (01/02/2019) pukul 18.00 WIB, sudah mencapai diangka 1.200. Asupan kalori itu berasal dari menu diet ketat berupa makanan pada umumnya yang sebagian besar tinggi serat.

"Makanan biasa, tapi doyannya protein lewat infusan," ujar Hikmat.

Selama dirawat inap, tutur Hikmat, pergerakan seluruh anggota badan Sunarti membaik dan mulai aktif. Hanya saja emosinya tidak stabil dan sering tidak sabar.

Sebelumnya, tim dokter RSHS Bandung menggunakan alas tidur anti bakteri untuk penanganan Sunarti. Penggunaan alas tidur bakteri itu bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dibagian belakang tubuh pasien saat dilakukan perawatan di ruang inap karena pergerakannya terbatas.

"Enggak sabaran itu biasa terhadap pasien yang ingin cepat dioperasi. Tapi gerakannya sudah lebih aktif," jelas Hikmat.

Rekomendasi