SBY Nilai Pemilu 2019 Lebih Berat dari Sebelumnya

| 28 Feb 2019 23:16
SBY Nilai Pemilu 2019 Lebih Berat dari Sebelumnya
Konferensi Pers Partai Demokrat yang dipimpin Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menilai Pilpres 2019 lebih keras dibandingkan Pilpres sebelumnya. Dia menilai, telah terjadi polarisasi yang tajam pada pemilu kali ini.

Pernyataan SBY ini disampaikannya kepada Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan yang ditulis langsung oleh SBY dari Singapura untuk disampaikan kepada kader Demokrat dan masyarakat.

"Beliau mengamati bahwa kontestasi Pilpres 2019 lebih keras, dibandingkan Pilpres sebelumnya di era reformasi. Seperti terjadinya polarisasi tajam dan dukungan indentitas yang menguat," kata Hinca, saat membacakan surat kedua SBY, di Gedung DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).

Di samping itu, SBY mengatakan, apabila kondisi itu terlampau jauh maka kerukunan bangsa Indonesia akan retak. Selain itu, SBY juga mengajak, kader Partai Demokrat serta masyarakat untuk mencegah agar hal tersebut tidak terjadi.

SBY menegaskan, semua kader Partai Demokrat harus berperan aktif dalam pemenangan Pemilu 2019. Selain itu kader Partai Demokrat diminta untuk menjaga agar pemilu berjalan aman dan damai, serta demokratis, jujur, dan adil.

"Persaingan pemilu memang keras namun tidak patut terjadinya disintegrasi sehingga perlu kesadaran bersama," ucapnya.

Hinca mengatakan, dalam surat tersebut, SBY menjelaskan bahwa dirinya tidak dapat hadir secara fisik bersama kader Partai Demokrat dalam memenangkan Pemilu 2019. Hal ini, karena dirinya harus mendampingi sang istri, Ani Yudhoyono dalam perawatan di Singapura.

Namun, Hinca mengatakan, SBY berharap semangat para kader tidak berkurang, meskipun dirinya tidak hadir secara fisik padahal dua bulan ini merupakan saat menentukan bagi caleg Partai Demokrat.

"Beliau menyampaikan sangat ingin secara fisik berada di lapangan dan berjuang, namun harus mendampingi pengobatan Ibu Ani Yudhoyono di Singapura," tuturnya.

Rekomendasi