Masih Banyak Anak yang Pilih Cari Uang daripada Sekolah

| 03 May 2019 14:33
Masih Banyak Anak yang Pilih Cari Uang daripada Sekolah
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Tugas utama anak-anak adalah belajar. Sesuai dengan Undang-undang Tahun 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, anak di bawah usia 18 tahun dilarang bekerja. 

Namun sayangnya, masih banyak anak-anak yang lebih memprioritaskan untuk bekerja dengan alasan ekonomi daridapa menata pendidikannya.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada 2017, pekerja anak mecapai 1,5 persen dari total populasi anak di Indonesia sebesar 84,4 juta jiwa, atau sekitar 1,3 juta orang. Durasi mereka bekerja beragam, ada yang satu jam hingga 97 jam seminggu.

Sementara itu, merujuk data Survei Sosial Ekonomi Nasional dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2017, pekerja anak bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sekitar 41,74 persen. 

Sekelompok Mahasiswa dari Universitas Mercu Buana (UMB) Meruya, mencoba mengamati nasib anak yang bekerja. Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalah kawasan Lingkar Semanggi Tangerang. Di sana mereka menemukan anak jalanan yang berada di sudut lampu lalu lintas. Jumlahnya mencapai 50 orang dan mereka tinggal di Kampung Cacing dan Kampung Cikokol, Tangerang.

Salah satu kelompok mahasiswa ini, Lana Arif mengatakan, anak jalanan yang jadi pekerja ini sebenarnya punya semangat belajar yang tinggi. Hanya saja, keadaan yang mengharuskan mereka kerja jadi ojek payung daripada sekolah. 

"Anak-anak di sini sebenarnya bekerja bukan karena paksaan dari orang tua, namun karena keinginan mereka sendiri, karena mereka ingin mendapatkan uang jajan lebih," kata dia.

"Namun karena mereka mengetahui bahwa dari bekerja mereka bisa mendapatkan uang lebih banyak, maka tak sedikit dari mereka yang meninggalkan sekolah dan lebih memilih bekerja," sambung Lana.

Sekelompok mahasiswa ini pun berinisiatif untuk mengadakan pelatihan kreativitas untuk anak jalanan di Yayasan Lingkar Semanggi, Tangerang. Acara yang berlangsung pada hari Minggu (28/04) ini memiliki misi untuk mengubah pola pikir anak jalanan di daerah tersebut.

"Kita ingin adik-adik kita yang berada di sekitar sini, bisa berkreasi untuk mendapatkan penghasilan, namun tetap mengutamakan sekolah, karena pendidikan tetap yang paling utama untuk masa depan mereka," ujar Lana.

Pelatihan ini berlangsung mulai pukul 15.00 WIB dan dihadiri kurang lebih 25 orang anak. Usia anak yang datang mulai dari 12 tahun hingga usia 16 tahun. 

Anak-anak ini diajarkan bagaimana cara membuat kerajinan tangan dari barang bekas seperti kain flanel yang dapat dikelola secara apik, sehingga menghasilkan sebuah inovasi yang bernilai ekonomis tinggi.

"Kami berharap, adik-adik di sini dapat berubah mindset-nya, sehingga tetap mengutamakan sekolah, namun setelah pulang sekolah mereka bisa membuat kerajinan tangan, sehingga bisa membantu mendapatkan penghasilan," pungkasnya.

Rekomendasi