Jalur tersebut meliputi jalur tengah dan selatan. Jalur mudik tengah itu melintasi wilayah Tasikmalaya, Garut, Nagreg, Cileunyi, dan Sumedang. Sedangkan untuk jalur mudik selatan melintasi wilayah Cianjur, Puncak dan Sukabumi.
"Rawan bencana hampir menyebar di seluruh Jawa Barat dalam artian begini, yang pertama terkait dengan topografi Jawa Barat yang memang unik. Dengan jenis tanahnya yang agak berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur secara umum," Kepala Dishub Jawa Barat Heri Antasari, Senin (27/5/2019).
Menurut Heri, kerawanan bencana ini tersebar di sejumlah titik. Namun yang paling banyak berada di wilayah tengah dan selatan.
Untuk itu, tambah dia, perlu peningkatan kewaspadaan antisipasi bencana alam di jalur mudik. Alasannya karena musim hujan masih terus mengintai Jawa Barat, meski Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah membuat pernyataan resmi pada bulan ini telah memasuki musim kemarau.
Sebelumnya otoritas pemantau aktifitas vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan empat kawasan di jalur mudik yang ada di Jawa Barat rawan longsor.
"Empat daerah tersebut adalah kawasan Puncak Bogor, Malangbong Garut, Nagreg Kabupaten Bandung dan Lubir. Kawasan rawan longsor tersebut tidak berubah titiknya setiap tahun, hanya saja terdapat kawasan yang tipe longsorannya adalah tanah ambrol," kata Kepala Sub Bidang Gerakan Tanah Bagian Barat PVMBG Badan Geologi, Sumaryono.
Sumaryono bilang, yang paling dikhawatirkan yaitu jalur puncak, jalur Malangbong kemudian yang jalur mudik di Selatan. Seperti di daerah Singaparna, terdapat potensi longsor akibat posisi lerengnya agak tegak. Sama halnya dengan kawasan Cadas Pangeran, Sumedang yang sering menagalami longsoran tanah mendadak.
Dia menambahkan, untuk kawasan tanah longsor di jalur kereta api terdapat di Malangbong Garut. Berdasarkan zona yang dimiliki oleh PVMBG Badan Geologi, tetapi saat ini pergerakan tanahnya relatif stabil.