Kita memang sempat merasakan panasnya situasi perpolitikan yang terjadi. Coba lihat saja grup WhatsApp keluarga atau sekolah kalian, malah jadi tempat perdebatan antarpendukung. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang menghapus pertemanan karena berbeda pandangan politiknya.
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi bilang, di penghujung bulan Ramadan ini, jadi waktu tepat untuk kembali memperbaiki hal-hal yang telah renggang kemarin.
"Momen lebaran tahun ini, kita harapkan bisa menjadi wahana untuk merekatkan kembali ikatan persaudaraan yg kemarin sempat terkoyak karena berbeda pilihan politik pemilu kemarin," kata Pramono di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (31/5/2019).
Memulihkan kembali suatu hubungan seperti semula atau konsiliasi, kata Pramono, tak hanya menyasar masyarakat biasa. Kalangan elite politik sudah seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat untuk membangun kembali jarak yang renggang karena pemilu.
"Jangan hanya secara simbolik, tapi betul-betul rekonsiliasi yang tulus. Di samping persoalan politik yang tersisa itulah harus diselesaikan melalui koridor hukum yang disediakan oleh Undang-undang," ucap Pramono.
Yang kedua, rekonsilisasi dalam tataran akar rumput atau masyarakat pendukung masing-masing kubu. Pada level inilah mereka yang sebenarnya mengalami imbas dan terpengaruh oleh konflik politik.
Ditambah lagi dengan adanya narasi penyebaran hoaks yang berkembang di masyarakat, konflik politik ini sudah bukan lagi menjadi sebuah strategi seperti yang dianggap para elite, melainkan sudah menjadi perang bagi masyarakat.
"Masyarakat kita itu konfliknya bukan hanya dianggap sebagai permainan, tapi ini jadi seperti perang total atau jihad bagi mereka," ungkap dia.
Dengan demikian, rekonsilisasi di dua level ini harus berjalan beriringan. Karena, lanjut Pramono, rekonsiliasi di tingkat masyarakat ini bisa dimulai jika ditingkat elitenya memberi contoh dulu.
"Ketika di tingkat elitnya sudah memberi contoh, maka jauh lebih mudah di tingkat masyarakat melakukan rekonsiliasi. Tapi, kalau di tingkat elitenya masih menunjukkan narasi provokatif, maka akar rumput ini akan susah untuk membangun rekonsiliasi yang mendalam," pungkasnya.