Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai kedekatan Jokowi dengan Golkar kini berkaitan dengan agenda politik jelang pilpres. Jokowi, menurut Ray tengah memperkuat basis dukungan di lingkup Golkar.
"Kalau saya lihat juga itu politik sekali," ungkap Ray kepada era.id, Kamis (18/1/2018).
Langkah tersebut dikritik Ray. Sebab, saat memutuskan untuk memasang Idrus dalam formasi kabinet, Jokowi idealnya mencopot Airlangga. Hal itu penting demi mempertahankan keseimbangan komposisi partai politik (parpol) dalam kabinet.
Komposisi menteri Golkar dalam susunan kabinet, dikatakan Ray dapat memicu suasana panas. Bagaimana tidak, Golkar yang berseberangan dalam Pemilu 2014 justru nampak begitu istimewa bagi Jokowi saat ini.
Tak hanya itu. Desakan agar Jokowi mencopot Airlangga dari kabinet pun makin kencang kala publik diingatkan soal ucapan Jokowi kepada para menterinya di masa lampau. Kala itu, Jokowi dengan tegas meminta kepada para pembantunya untuk tidak merangkap jabatan.
"Tidak boleh rangkap jabatan! Kerja di satu tempat saja belum tentu benar," kata Jokowi.
(Infografis: era.id)
Sejumlah menteri pun pada akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Puan Maharani misalnya, yang meninggalkan posisi Ketua Bidang Politik PDIP demi menjabat Menko PMK. Atau Wiranto, yang rela melepas kursi Ketua Umum Hanura untuk fokus bekerja di posisi Menkopolhukam.
Namun, preseden tersebut tak cukup membuat Airlangga menyadari beratnya tanggung jawab yang ia emban sebagai Ketum Golkar dan Menteri Perindustrian. Begitupun dengan Jokowi, sang tuan yang tetap bergeming meski dikritik dari kiri dan kanan.
"Untuk strategisnya Partai Golkar, lebih baik keduanya mundur. Jadi, Airlangga mundur dari kabinet dan Idrus mundur sebagai sekjen agar lebih berkonsentrasi," ucap Ray.
Proyeksi Cawapres Airlangga
Sementara itu, pengamat politik Indobarometer, Muhammad Qodari melihat adanya peluang bagi Airlangga untuk maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019.
“Ketua umum partai punya peluang untuk menjadi calon wakil presiden, salah satunya Pak Airlangga. Apalagi beliau tokoh dari Jawa,” ujar Qodari.
Terkait afiliasi Jokowi dengan Golkar belakangan ini, menurut Qodari, sebagai calon yang begitu kuat disuarakan sebagai kandidat presiden pada Pilpres 2019, Jokowi memiliki kepentingan untuk mengamankan hubungan dengan partai-partai besar, termasuk Golkar.
Nilai tawar 91 kursi DPR memang bukan hal yang dapat begitu saja diabaikan. Dengan merangkul Golkar, Jokowi telah berada satu langkah di depan siapapun pesaingnya kelak.