Keluh Kesah Ojek Online soal Penumpang yang Makin Dikit

| 13 Aug 2019 18:14
Keluh Kesah Ojek <i>Online</i> soal Penumpang yang Makin Dikit
Ojek online (Wardhany/era.id)
Jakarta, era.id -  Arie (24) akhirnya beristirahat pada pukul 13.00 WIB setelah antar jemput pelanggan sejak pukul 06.00 WIB. Sambil santai di atas jok motornya, driver ojek online ini mengeluhkan penumpangnya kian menurun.

"Gimana ya, orderan emang agak sepi. Sekarang paling sehari 15 penumpang, itu juga jarak dekat. Kalau jarak jauh paling sekitar 10 orang," kata Arie kepada era.id saat tengah menunggu penumpang di Kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).

Keluhan ini tak asal diucap. Pria yang berdomisili di Kota Depok ini membandingkannya saat pertama kali jadi driver ojol tahun 2016. Kala itu, dia bisa mengantar 30 orang per hari dengan trayek dekat.

Meski penumpangnya kian sepi, tapi dia tak pernah rebutan dengan driver lain. Sebab, penumpang memesan ojek menggunakan aplikasi dan setelah itu sistemlah yang mengatur pembagiannya.

Dugaaannya, jumlah driver yang bertambah, memberikan pengaruh terhadap penumpang yang dia antar, meski tak signifikan. Karena itu, dia sepakat kalau keberadaan driver ojol diatur.

"Ya setuju saja sih, kan yang lama ini juga masih banyak ya. Bisa ngaruh juga ke orderan, jadi kalau dibatasin, bagus saja sih (kalau diatur)," katanya sambil tersenyum.

Arie biasa mencari penumpang di sekitar perkampungan atau perumahan. Tapi, kadang dia berpindah ketika di suatu tempat pesanan tak kunjung masuk.

"Kalau misalnya sudah nunggu di satu tempat enggak dapat juga ya kita geser," kata bekas karyawan sebuah restoran ini.

Sementara itu, driver ojol lainnya, Nur Subekhan tak sepakat jika disebut pengemudi baru membuat penumpang yang dia dapat jadi makin dikit. Dia berpandangan, pesanan ojol menggunakan aplikasi, sehingga tak ada alasan rebutan antar sesama pengemudi. 

"Enggak mungkin juga bisa rebutan. Kan itu dari aplikasi. Misalnya kita sama-sama duduk belum tentu dapat semua, malah yang lagi lewat tahu-tahu dapat penumpang," imbuh Subaekhan.

"Penduduk Jakarta ini jutaan. Banyak penduduknya. Ojol yang aktif kan ribuan," ujar driver ojol yang ngetem di kawasan Jati Asih, Bekasi ini.

Ketimbang membatasi pengemudi baru, Subaekhan menyarankan penyedia aplikasi ojek online menonaktifkan akun-akun yang memang sudah lama tidak digunakan. "Yang malas saja disuspend," tegas dia.

Lain lagi dengan Angga (31), driver ojol yang mangkal di Stasiun Gondangdia. Dia yang jadi driver ojol sejak 2017, menyatakan tak ada perbedaan signifikan jumlah penumpang yang dia dapat, dulu dan sekarang.

"Kalau ramai enggaknya tuh sebenarnya tergantung promo," ujar Angga yang tengah beristirahat setelah mengantar penumpang.

"Enggak ngaruh juga mau banyak yang baru-baru. Kita mah narik, narik saja," tambahnya.

Di tempat dia mangkal, penumpang yang bisa diantar mencapai 30 orang per hari. Pesananan yang paling banyak adalah ketika orang berangkat dan pulang kerja.

Dia menyarankan kepada penyedia aplikasi untuk menurunkan komisi yang harus dibayarkan driver kepada perusahaan. Sebab, komisi ini dianggap terlalu besar.

"Sebenarnya daripada ngurusin pembatasan, mendingan sih ngurusin komisi yang harus dibayarkan. Kita harus bayar komisi kemitraan 40 persen sedangkan dapatnya cuma 60 persen. Soalnya, mau tarifnya dinaikan, di kita juga dapatnya cuma segitu saja," tutupnya.

Rekomendasi